Jumat 11 Aug 2017 15:38 WIB

Menristekdikti: Start Up Harus Kompetitif dan Efisien

Red: Nur Aini
Pemilik Startup memamerkan produknya saat Amvesindo Demo Day 2017 di Auditorium Indosat, Jakarta, Kamis (3/8).
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Pemilik Startup memamerkan produknya saat Amvesindo Demo Day 2017 di Auditorium Indosat, Jakarta, Kamis (3/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan pengembangan startup sebagai salah satu perusahaan dalam proses hilirisasi dan komersialisasi produk-produk inovasi seyogyanya memiliki daya kompetitif dan efisiensi tinggi.

Menristekdikti mengatakan bahwa pertumbuhan perusahaan startup tidak bisa dilepaskan dari pertumbuhan riset.

"Riset inilah awal mula adanya 'startup'," kata Nasir, pada Seminar  "Menumbuhkembangkan Start Up Nasional Berdaya Saing Global" di Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (11/8).

Untuk itu ia mendorong para peneliti untuk menggalakan riset agar tidak hanya berhenti pada publikasi ilmiah semata tetapi haruslah berlanjut pada tahap prototipe dan komersialisasi. Syarat produk inovasi yang siap menjadi startup adalah telah memiliki tingkat kesiapan teknologi pada level 7.

Namun demikian, Nasir menekankan bahwa suatu produk inovasi tidak ada artinya jika berharga mahal, umur ekonomis pendek, dan pengerjaan rumit. Dia mencontohkan produk inovasi yang telah dijadikan startup yaitu Kapal Nelayan Pelat Datar yang diluncurkan oleh Wakil Presiden pada puncak peringatan Hakteknas, Rabu (10/8).

"Produk ini harganya murah, lebih murah dari kapal berbahan kayu maupun fiber. Dari sisi umur ekonomis, kapal ini memiliki umur pemakaian yang lama bisa sampai 30 tahun. Dan dari sisi pengerjaan, kapal ini lebih sederhana dan lebih cepat dibandingkan pengerjaan kapal pada umumnya," ujarnya.

Nasir mengatakan bahwa upaya menumbuhkembangkan start up khususnya di perguruan tingggi sudah dilakukan sejak 2014 melalui pusat unggulan inovasi di berbagai kampus. Pada pusat unggulan inovasi inilah dilakukan penggodokan hasil-hasil riset supaya siap dihilirkan menjadi produk inovasi, untuk itu kerja sama dengan industri menjdi faktor penting dalam fase hilirisasi produk inovasi. "Dari poduk inovasi ini jika mampu dihilirkan dan dikomersialkan dengan baik akan memiliki efek multiplayer. Ekonomi masyarakat bisa berkembang lebih baik," ujar Nasir.

Nasir mencontohkan startup kopi dan kakao yang dikembangkan di Jember, dari sektor hulu sampai proses sudah baik. Penyedian bibit, proses penanaman dan pemanenan dan pengolahan bahan mentah sudah berjalan baik. Namun, di sisi industri pengolahannya masih berjalan normatif. Untuk itu Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) bekerja sama dengan Swiss untuk mengolah hasil kakao menjadi produk unggulan cokelat Indonesia.

Sedangkan untuk permodalan startup, Nasir mengimbau investor tidak perlu khawatir. "Kalau startup ini punya daya saing bagus, pasti diincar oleh investor". Menurut dia, Kemenristekdikti akan membantu memediasi antara inventor dengan investor. Menurut Nasir itu sudah menjadi tugas Kementerian

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement