REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai, potensi besar Indonesia dalam memanfaatkan era digital masih belum optimal. Hal ini disebabkan kurangnya kualitas internet dan pengeluaran investasi teknologi informasi di Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo menjelaskan, saat ini penetrasi internet di Indonesia tergolong masih cukup rendah, yaitu sekitar 51 persen (2016). Angka ini masih relatif jauh di bawah negara-negara tetangga, seperti Malaysia (71 persen) dan Thailand (67 persen). Sebagai perbandingan, angka penetrasi internet di negara, seperti Inggris dan Jepang sudah mencapai di atas 90 persen.
"Persoalan utama yang menyebabkan belum optimalnya pemanfaatan teknologi digital di Indonesia berasal dari kualitas layanan internet yang relatif masih tertinggal dibandingkan negara lain," kata Agus DW Martowardojo dalam Seminar Nasional Big Data “Globalisasi Digital: Optimalisasi Pemanfatan Big Data untuk Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi” di Gedung Bank Indonesia, Rabu (9/8).
Agus memaparkan, hambatan lain adalah pengeluaran investasi di bidang teknologi informasi (TI) yang juga relatif tertinggal dibanding negara lain. Investasi TI di sektor-sektor utama pemberi kontribusi ke pertumbuhan ekonomi, seperti manufaktur dan pertambangan relatif masih rendah, bahkan cenderung lebih rendah dibandingkan negara-negara dalam kelompok yang sama. "Namun, investasi yang cukup tinggi tercatat di sektor tersier, seperti e-commerce dan Fintech yang pada 2016 diperkirakan mencapai sebesar 1,7 miliar dolar AS," ujar Agus.
Apabila hambatan-hambatan dalam pemanfaatan teknologi digital tersebut dapat diatasi, maka diperkirakan bahwa digitalisasi ekonomi mampu memberikan nilai tambah sebesar 150 miliar dolar AS terhadap PDB Indonesia pada 2025 atau sekitar 10 persen terhadap PDB, yang dibarengi dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja mencapai hampir 4 juta orang, berdasarkan Studi Mc Kinsey Indonesia: McKinsey Indonesia-2016, Unlocking Indonesia's Digital Opportunity.
"Revolusi digital telah melanda Indonesia baik di perdagangan barang dan jasa (e-commerce), moda pembayaran, maupun pembiayaan. Selain e-commerce, revolusi digital di Indonesia juga telah menyentuh sektor keuangan. Ini harus dapat dioptimalkan," kata Agus.