Selasa 08 Aug 2017 01:22 WIB

Kelas Menengah Atas RI Enggan Banyak Belanja, Apa Alasannya?

Red: Nur Aini
 Ketua BPS Suhariyanto berbicara saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (16\2).
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Ketua BPS Suhariyanto berbicara saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (16\2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan kelas menengah atas cenderung menahan belanja sehingga menahan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II 2017.

"Terdapat indikasi kelas menengah atas menahan belanja," kata Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (7/8).

Suhariyanto mengatakan indikasi tersebut terlihat dari jumlah tabungan yang meningkat, transaksi kartu debit yang melambat, serta penjualan mobil maupun sepeda motor yang melemah. "Penyebabnya faktor psikologis, karena mereka berpikir hati-hati dan sedang wait and see mencermati kondisi perekonomian global, terutama di AS," ujarnya.

Kondisi yang sama terjadi di kelas menengah bawah yang juga ikut-ikutan menahan belanja, sebagai dampak dari turunnya nilai riil dari upah petani maupun buruh bangunan. "Situasi ini memerlukan perhatian kedepan supaya pertumbuhan daya beli kelas menengah bawah lebih bagus lagi," kata Suhariyanto.

Meski terjadi perlambatan belanja, Suhariyanto memastikan hal ini tidak mengganggu kinerja konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh 4,95 persen pada kuartal II 2017. "Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,95 persen pada kuartal II 2017, ini membuktikan bahwa daya beli masyarakat masih kuat," ujarnya.

Ia menjelaskan konsumsi rumah tangga terbantu oleh fenomena Ramadhan dan Idul Fitri yang berlangsung secara penuh pada kuartal II 2017, libur sekolah sebelum tahun ajaran baru, dan banyaknya hari libur hingga 39 hari dalam periode ini. Komponen yang memberikan kontribusi terhadap konsumsi rumah tangga antara lain makanan dan minuman, restoran dan hotel, kesehatan dan pendidikan serta transportasi dan komunikasi.

Suhariyanto juga menambahkan terjadinya pergeseran pola belanja dari masyarakat, yang mulai memanfaatkan transaksi melalui dagang elektronik, meski hal itu tidak berpengaruh signifikan terhadap konsumsi. "Transaksi e-commerce ini terjadi di kelas menengah atas, tapi angka persentasenya masih kecil dibandingkan total konsumsi masyarakat secara keseluruhan," katanya. Suhariyanto mengharapkan masyarakat akan mulai mendorong belanja di kuartal selanjutnya, agar konsumsi rumah tangga bisa kembali memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement