REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian mendorong produksi kopi Indonesia menjadi nomor dua dunia. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman mengatakan Indonesia saat ini masih menempati posisi keempat dunia dalam hal produksi kopi.
"Kita naikkan produksi kopi nasional secara bertahap, mulai dari 0,6 ton per hektare (ha) saat ini menjadi 1,2 ton per ha, atau minimal satu ton per ha, sehingga Indonesia menempati posisi kedua negara produsen kopi dunia," kata Amran dijumpai Republika.co.id di Kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran, Badung, Jumat (4/8).
Indonesia bersaing ketat dengan Kolombia dan Vietnam sebagai dua negara produsen kopi utama dunia. Vietnam memproduksi kopi 2,5 ton per hektare.
International Coffee Organization mencatat produksi kopi Indonesia yang mencapai 691 ribu ton per tahun masih di bawah Kolombia yang mencapai 840 ribu ton per tahun dan Vietnam 1,6 juta ton per tahun. Brasil masih menduduki puncak sebagai produsen kopi tertinggi di dunia mencapai tiga juta ton per tahun.
Enam negara lain di bawah Indonesia yang juga menghasilkan kopi adalah Etiopia, India, Honduras, Uganda, Guatemala, dan Peru. Peru dua tahun lalu tidak masuk ke dalam 10 besar negara penghasil kopi dunia.
Direktorat Jenderal Perkebunan di Kementerian Pertanian mencatat luas lahan tanam kopi di Indonesia mencapai 1,233 juta ha tahun ini. Lahan tersebut terdiri dari 912.135 ha areal tanam kopi robusta, dan 321.158 areal tanam kopi arabica.
Kementerian Pertanian mengambil lima langkah strategis untuk mencapai target ini. Pertama, perluasan lahan tanam kopi, salah satunya di wilayah Kalimantan seluas 200 ha. Kedua, replanting atau peremajaan lahan tanam kopi di sejumlah sentra kopi, seperti Bengkulu dan Aceh.
Ketiga, pemberian bibit kopi gratis dari jenis bibit unggul. Ini termasuk perbaikan sistem perbenihan dan sertifikasi pohon induk. Keempat, edukasi kepada petani kopi melibatkan pihak kampus, dosen, dan mahasiswa kompeten. Kelima, memperbaiki manajemen air untuk pengairan areal tanam kopi.
Bali juga menghasilkan kopi lokal, di wilayah Kintamani, serta kopi jenis Arabica dan Robusta. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Bali mencatat total areal tanam kopi jenis Arabica di Bali terus meluas, mencapai 12.384 hektare (ha) dengan total produksi 4.045 ton. Angka ini lebih tinggi dibandingkan 8.205 ha dengan total produksi 3.136 ton pada 2008.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali, Ni Wayan Kusumawathi sebelumnya mengatakan ada 16 negara di dunia
yang menjadi pasar ekspor kopi bali. Negara pengimpor kopi bali terbanyak adalah Korea Selatan.
"Negara lainnya adalah Australia, Belgia, Britania Raya, Finlandia, Guam, Hong Kong, Jepang, Malaysia, Belanda, Polandia, Singapura, Swiss,Taiwan, hingga Dubai," katanya.
Nilai ekspor kopi bali ke 16 negara tersebut diperkirakan 132.753,79 dolar AS atau setara Rp 1,8 miliar. Ditilik dari sejarah, Indonesia pada abad ke-17 merupakan negara penghasil kopi terbesar dunia. Kopi yang terkenal saat itu adalah kopi jawa.
Belanda membawa kopi ke Indonesia pada 1669 di mana generasi pertamanya adalah jenis arabica. Areal tanam kopi arabica saat itu diserang hama penyakit, sehingga jenis kopi berganti ke liberika, dan akhirnya robusta. Sebagian besar produksi kopi Indonesia atau 83 persennya jenis robusta, sedangkan sisanya arabica.