REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Yunita Rusanti mengakui beberapa pusatperbelanjaan moderen seperti mall di Jakarta lebih sepi karena persaingan dengan niaga elektronik atau belanja online. Yunita mengatakan, banyakmasyarakat yang sudah menggunakan belanja online ketimbang konvensional.
Hal itu, kata Yunita, salah satunya terjadi karenapembangunan infrastruktur. "Macet kan ya di mana-mana, masyarakat cenderungmalas ke luar jadi lebih memilih membeli online," kata Yunita, Rabu (2/8).
Untuk itu ia mengatakan sepinya pusat perbelanjaan di mall bukan karena daya beli yang menurun seperti banyaknya pengamat juga melihat hal tersebut. Yunita berpendapat daya beli masyarakat tetap masihnormal.
Cara masyarakat berbelanja jugamenurutnya menjadi salah satu faktor yang membuat perbelanjaan secarakonvensional terlihat sepi. "Kemarin itu kan musim libur sekolah, Juni 2017juga berbarengan dengan puasa dan harga barang masih naik," ungkapnya.
Jika hal itu dianggap memperlihatkanadanya daya beli yang menurun, Yunita justru lebih memilih menjadikan inflasi sebagai indikator terlebih dahulu. Misalnya dengan uang sepuluh ribu rupiah, kata dia, kalau Indeks harga Konsumen (IHK) tinggi maka nilai uang tersebut menjadi rendah.
Meski begitu, BPS saat ini mencatatinflasi Juli 2017 mencapai 0,22 persen. Angka 0,22 persen masih aman. "Kalau inflasi terus-terusan rendah tentu tidak bagus, berarti ekonomi juga tidak tumbuh," jelasnya.
Begitu juga jika inflasi terlalutinggi, menurutnya hal itu juga tidak bagus sama halnya dengan terlalu rendah. Sehingga menurutnya inflasi 0,22 persen masih terbilang baik dan tidak terlalu mengkhawatirkan termasuk daya beli masyarakat.