Senin 31 Jul 2017 21:58 WIB

Bappenas: Tindak Lanjuti Perubahan Struktur Penduduk RI

Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --  Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menilai perubahan struktur penduduk merupakan momentum yang tepat bagi Indonesia untuk dapat menjadi negara besar, khususnya dari sisi ekonomi.

Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, momentum tersebut perlu diantisipasi dengan kebijakan yang tepat. Dalam jangka pendek, kenaikan jumlah penduduk usia produktif perlu dimanfaatkan melalui peningkatan produksi dan konsumsi.

"Momentum ini perlu ditindaklanjuti segera, sehingga secara langsung dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi," kata Bambang saat Seminar Nasional bertema "Keluarga Berencana: Memberdayakan Masyarakat, Membangun Bangsa" di Jakarta, Senin (31/7)

Seluruh wilayah di dunia mengalami perubahan struktur penduduk dengan pertumbuhan yang berbeda. Pertumbuhan penduduk dunia diperkirakan terus mengalami penurunan. Pada tahun 2050, pertumbuhan sudah di bawah 0,2 persen per tahun.

Secara global penduduk dunia mengalami penuaan. Namun demikian, terdapat perbedaan cukup lebar antara wilayah Afrika, Asia, dan Eropa. Afrika masih tumbuh dengan kecepatan cukup tinggi. Sementara itu, Asia dan Eropa sudah mengalami pertumbuhan yang negatif.

Salah satu penyebab perubahan struktur penduduk yang cepat adalah penurunan tingkat fertilitas dan mortalitas. Indonesia telah melakukan upaya pengendalian angka kelahiran melalui Program Keluarga Berencana (KB) sejak era 70. Pada era tersebut tingkat fertilitas sebesar 5.61. Melalui program Keluarga Berencana, angka kelahiran turun menjadi 2.28 pada tahun 2015.

"Program KB berhasil menurunkan jumlah anak per satu perempuan hampir setengahnya dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini menjadikan program KB menjadi salah satu program family planning terbaik di dunia," ujar Bambang.

Bambang menambahkan, Program KB secara tidak langsung juga telah berhasil memperbaiki tingkat kesehatan dengan menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBa). Angka AKB dan AKBa turun menjadi 22.23 dan 26.2 pada tahun 2015.

Dalam 45 tahun, bukan hanya kedua indikator tersebut yang mengalami perubahan. Manusia Indonesia memiliki usia harapan hidup lebih lama yang semula 55,1 tahun menjadi 70,8 tahun.

Seluruh provinsi mengalami penurunan angka fertilitas total (total fertility rate/TFR) yang cukup besar selama periode 1971-2015, tetapi tidak semua provinsi mendapatkan momentum perubahan struktur penduduk yang sama.

Secara nasional TFR masih sekitar 2,2. Sebagian provinsi, terutama dari Indonesia Bagian Timur, mempunyai TFR di atas 2,1. Beberapa provinsi telah memiliki TFR di bawah 2 dan terus mengalami perubahan yang cukup cepat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement