Senin 31 Jul 2017 14:35 WIB

Pertamina RU IV Cilacap Luncurkan Pertamax HQ Standar Euro 4

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas mengisi BBM jenis Pertamax pada mobil milik pemudik di kios BBM kemasan milik Pertamina di 'rest area' ruas Tol Bawen-Salatiga KM 49, Pabelan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (19/6). PT Pertamina menyediakan BBM kemasan jenis Pertamax, Pertamax Dex, dan Dexlite yang dijual di sejumlah kios di sejumlah titik jalur mudik, termasuk tol fungsional, dan diedarkan dengan motor untuk menjangkau kendaraan-kendaraan yang kehabisan bensin saat mudik Lebaran.
Foto: Aditya Pradana Putra/Antara
Petugas mengisi BBM jenis Pertamax pada mobil milik pemudik di kios BBM kemasan milik Pertamina di 'rest area' ruas Tol Bawen-Salatiga KM 49, Pabelan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (19/6). PT Pertamina menyediakan BBM kemasan jenis Pertamax, Pertamax Dex, dan Dexlite yang dijual di sejumlah kios di sejumlah titik jalur mudik, termasuk tol fungsional, dan diedarkan dengan motor untuk menjangkau kendaraan-kendaraan yang kehabisan bensin saat mudik Lebaran.

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Pengoperasian kilang RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) di kompleks kilang minyak Pertamina Refenery Unit (RU) IV Cilacap, memberi dampak peningkatan kualitas bahan bakar yang dihasilkan. Melalui kilang ini, Pertamina RU IV mampu menghasilkan Pertamax dengan standar Euro 4. Produksi Pertamax yang sementara diberi label Pertamax High Quality (HQ) ini, diluncurkan di Graha Patra Cilacap, Senin (31/7).

Senior Vice President Refining Operation PT Pertamina (Persero) Ardhy Mokobombang, menyebutkan produk Pertamax HQ ini hanya memiliki kandungan sulfur maksimal 50 ppm. Sementara dalam produk Pertamax yang masih beredar saat ini, kandungan sulfurnya masih mencapai 300 ppm.
 
''Dengan kandungan sulfur maksimal 50 ppm, maka produk Pertamax HQ ini sudah memenuhi standar Euro 4. Kalau produk Pertamax yang saat ini beredar, baru memenuhi standar Euro 2,'' kata dia.
 
Ardhi menyebutkan, meski kandungan sulfur berhasil ditekan, namun kandungan oktan (Research Oktan Number) masih mengacu kadar RON 92. ''Karena itu, nama produknya tetap Pertamax. RON nya tetap 92, namun kadar sulfurnya yang kita tekan menjadi lebih rendah,'' kata dia.
 
Menurutnya, dengan kandungan oktan yang rendah, maka ada banyak kelebihan yang diperoleh dalam sistem pembakaran mesin gasolin. Yang utama, pembakaran menjadi lebih bersih atau tidak menimbulkan kerak di ruang pembakaran, dan pembakaran menjadi lebih sempurna atau ramah lingkungan.
 
"Dengan kelebihan ini, performa mesin tentu menjadi lebih baik,'' katanya.
 
General Manager Pertamina RU IV Cilacap Nyoman Sukadana yang ditemui seusai acara peluncuran menambahkan, produksi Pertamax HQ ini diperoleh dari salah satu unit yang ada di kilang RFCC, yakni unit Prime G. Unit ini mampu memproduksi Pertamax HQ sebanyak 260 kiloliter per jam.
 
''Dengan kapasitas produksi sebanyak itu, maka Pertamax HQ yang diproduksi di kilang minyak Cilcap akan mampu menggantikan kebutuhan pertamax yang ada saat ini,'' jelasnya.
 
Ardhy Mokobombang mengatakan, produk Pertamax HQ saat ini sudah mulai dipasarkan di beberapa SPBU di Jakarta. Untuk sementara, harga jual Pertamax HQ ini masih sama dengan harga jual Pertamax biasa. ''Namun setelah grand launching yang kami rencanakan dilaksanakan pada 10 Desember 2017, harga Pertamax HQ mungkin akan lebih tinggi dibanding Pertamax biasa,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement