REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ada pernyataan menarik dari pakar ekonomi syariah Dr Ahmad Riawan Amin MSc pada High Level Discussion “Ekonomi Islam untuk Rakyat” yang digelar di Hotel Fairmont Jakarta, Jumat (28/7).
Diskusi yang dimoderatori pakar ekonomi syariah Adiwarman Azwar Karim tersebut menampilkan empat nara sumber. Mereka adalah Menteri Bappenas yang juga Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Bambang Brojonegoro, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Ketua MUI KH Ma’ruf Amin, dan Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo.
Pada sesi tanya jawab, mantan direktur utama Bank Muamalat dan Bank BJB Syariah itu mengatakan dengan lantang, “Penumpang sudah banyak, busnya tidak mau lewat.”
Dia menambahkan, “Bus tidak mau cari penumpang yang banyak. Dia hanya cari penumpang yang premium.”
Menurut Riawan, kalau Indonesia ingin jadi hub ekonomi syariah dunia, maka bus harus mencari dan mengangkut penumpang yang banyak tersebut. “Banking adalah bus. Banking itulah yang telah membesarkan penumpang yang jumlahnya sedikit tersebut dan meninggalkan penumpang yang banyak,” ujarnya.
Riawan menegaskan, banking harus mengubah strategi. “Bawalah penumpang yang banyak, bukan penumpang yang sedikit,” tuturnya.
Riawan mengaku tidak setuju istilah “bank konvensional versus bank syariah”. “Saya lebih lebih setuju “transaksi haram versus transaksi halal”,” tegasnya.
Ia menambahkan, ibaratkan bank konvensional adalah lembu, sedangkan bank syariah adalah katak. Pengembangan bank syariah janganlah dibebankan kepada katak yang kecil (misalnya BSM atau BNI Syariah), melainkan kepada lembu yang besar dan punya resources (misalnya Bank Mandiri atau Bank BNI).
“Bank syariah tidak boleh melakukan hal yang haram. Sedangkan bank konvensional boleh lakukan hal yang halal dengan resources yang besar. Maka, kita dorong bank kovensional agar memperbesar transaksi syariahnya sebesar mungkin,” papar Riawan.
Dalam kesempatan tersebut Riawan mengapresiasi pernyataan Presiden Jokowi saat meluncurkan KNKS di Istana Negara Jakarta, Kamis (27/7). “Dalam acara launching Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) tersebut Presiden Jokowi menyatakan Islamic Finance sebagai salah satu solusi utama. Ini hal yang strategis. Terakhir saya mendengar yang seperti ini adalah pada saat launching pendirian IAEI. Setelah itu, alternatif, alternatif, alternatif,” ujar Riawan Amin.
High Level Discussion keuangan syariah itu merupakan rangkaian grand launching KNKS, Silaknas IAEI, dan halal bihalal stakehokders ekonomi syariah. Acara tersebut digelar selama dua hari, 27-28 Juli 2017.