REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) dan Unicef mengungkap dari 85 juta anak Indonesia, 13,31 persen di antaranya hidup dalam kemiskinan. Angka itu setara dengan 11 juta anak.
Tingkat kemiskinan anak tertinggi berada di Provinsi Papua sebesar 35,37 persen. Sementara yang terendah berada di Provinsi Bali dengan 5,39 persen.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto memaparkan, angka itu didapat dari survei sosial ekonomi nasional (Susenas) yang dilakukan lembaganya pada Maret 2016, lalu. Dalam survei yang menggunakan 300 ribu sampel itu, BPS menggunakan standar garis kemiskinan nasional sekitar Rp 12 ribu per hari. Namun, standar ini berbeda-beda, tergantung pada perbedaan biaya hidup masing-masing provinsi.
Selain dilihat dari pendekatan moneter, BPS juga menggunakan pendekatan Multiple Overlapping Deprivation Analysis (MODA) untuk melihat tingkat kemiskinan anak Indonesia. Metode ini dibangun dengan asumsi bahwa seorang anak hidup dalam kemiskinan apabila enam haknya terdeprivasi alias tidak terpenuhi. Enam aspek itu yakni perumahan, fasilitas makanan dan nutrisi, pendidikan, perlindungan anak, dan kesehatan.
Hasil MODA menunjukkan, 89,57 persen anak umur 0-17 tahun mengalami deprivasi setidaknya pada satu dimensi. Menurut Kecuk, deprivasi paling parah terjadi pada aspek kesehatan, khususnya dialami oleh anak usai 0-4 tahun.
"Yang kita maksud kesehatan di sini adalah dia tidak memiliki jaminan kesehatan dan tidak mendapat imunisasi," kata Kecuk, dalam acara Mengungkap Realitas Kemiskinan Anak di Jakarta, Selasa (25/7).
Fakta lain yang terungkap dalam laporan ini yakni 63 persen anak miskin hidup di perdesaan. Laporan yang merupakan hasil kerja sama BPS dengan Unicef tersebut telah dibukukan dalam sebuah buku berjudul Analisis Kemiskinan Anak dan Deprivasi Hak-Hak Dasar Anak di Indonesia.
Kecuk berharap, analisa ini dapat menjadi panduan pemerintah dalam menyusun kebijakan pengentasan kemiskinan di Indonesia. "Karena bagaimana mau menyusun kebijakan ketika kita tidak memahami sebuah persoalan secara utuh," ujarnya.