REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan teknologi finansial penyedia layanan peer to peer lending untuk pengusaha mikro, Amartha, menginisiasi program 1 KM Sajadah yang berlangsung selama Ramadhan lalu. Amartha mengumpulkan donasi melalui penggalangan dana daring di situs amartha.com dan platform donasi Kitabisa.
Bersama para investor Amartha dan kontribusi masyarakat luas, program ini mengumpulkan total dana Rp 69 juta atau setara dengan 1.115 meter sajadah. Hasil donasi didistribusikan kepada masjid dan mushala di berbagai pelosok pedesaan Indonesia.
Hasil donasi sajadah didistribusikan selama Juli 2017 di pelosok Jawa Barat (Kabupaten Bogor, Subang, dan Bandung), hingga Jawa Timur (Kabupaten Mojokerto). Proses pembagian sajadah dilakukan bertahap setiap pekannya, dimulai di Desa Ciseeng, Bogor, pada 17 Juli 2017.
“Alhamdulillah pengajian di masjid semakin nyaman karena dulu kalau buat shalat jamaah banyak yang nggak kebagian sajadah,” ujar pemilik warung kelontong di Desa Ciseeng, Dedeh, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, baru-baru ini.
Rumah ibadah menjadi salah satu pusat aktivitas penduduk yang hidup di pelosok Indonesia. Dari para peminjamnya, Amartha melihat bahwa menyamankan rumah ibadah tidak hanya berdampak pada kenyamanan beribadah, namun juga mampu merekatkan kerja sama dan kolaborasi di masyarakat. Apabila masyarakatnya semakin guyub, diharapkan semangat gotong royongnya menjadi semakin baik. "Tiap anggota masyarakat jadi tahu siapa dari sesamanya yang perlu dibantu," ujar CEO dan Founder Amartha, Andi Taufan Garuda Putra.
Semangat gotong royong menjadi kunci sukses Amartha selama tujuh tahun berjalan. Sejak 2010, perusahaan yang awalnya berbentuk lembaga keuangan mikro ini menerapkan sistem kelompok pada mitra mereka. Pengusaha mikro bisa mendapatkan pemodalan usaha tanpa agunan jika mereka tergabung dalam sebuah kelompok.
Satu kelompok berisi 15 hingga 25 orang ibu. Mereka menyeleksi sendiri anggotanya, karena mereka-lah yang mengetahui siapa yang bisa dipercaya. "Kelompok inilah yang akan membantu satu sama lain jika ada anggotanya yang mengalami kesulitan angsuran,” kata Taufan.
Sistem tolong-menolong dalam kelompok ini memberlakukan sistem tanggung renteng atau patungan untuk menalangi kesulitan angsuran anggotanya. Sistem ini mampu menjaga tingkat pinjaman bermasalah di Amartha bertahan di 0 persen selama tujuh tahun berturut-turut.
Amartha berkomitmen selalu hadir di tengah-tengah masyarakat piramida terbawah Indonesia. Tidak hanya di sektor pelayanan keuangan namun juga di bidang lain yang berdampak meningkatkan produktivitas masyarakat.
Gerakan ini menjadi langkah kecil, sebuah pemacu untuk terus berkolaborasi dengan berbagai pihak, guna menciptakan dampak sosial yang lebih luas lagi. “Mendorong inklusivitas memang tidak bisa sendiri. Amartha siap berkolaborasi.” ujar Taufan.