Jumat 21 Jul 2017 17:31 WIB

Ikut Fintek, Sadiah Sukses Kembangkan Usaha Pertanian

Sadiah
Foto: Amartha Fintek
Sadiah

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kesulitan mengembangkan usaha pertanian sempat dirasakan Sadiah (40 tahun). Meski begitu, perempuan asal Kecamatan Jasinga, Bogor, Jawa Barat, ini tidak menyerah.

Bidang pertanian telah lama ia geluti, yaitu sejak tamat sekolah menengah pertama (SMP) pada 1992. Sudah 25 tahun lamanya dia mengolah lahan dan menghasilkan aneka produk pertanian layaknya beras, sayur dan buah-buahan. Sayangnya, langkah Sadiah dalam mengelola usaha pertanian tidaklah mudah. Sudah berkali-kali dia jatuh dan gagal saat mencoba menanam bibit baru. Tak jarang, dia merugi dan harus berhutang pada tetangga atau bahkan rentenir.

Perjuangan itu telah lama dijalankan. Gali lubang, tutup lubang sudah familiar untuknya. Saat itu, dia berpikir tidak masalah, keluarganya mampu bertahan hidup dan dapur tetap mengepul walau tak seberapa. Sadiah dan suami terus berjuang demi kedua buah hati mereka. Suami Sadiah yang juga seorang petani, bahkan sampai bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah perumahan untuk menambah pendapatan yang masih dirasa kurang dari usaha pertanian mereka.

Mereka hanya memiliki satu petak sawah dan sisanya hanya mengandalkan sawah milik orang lain yang kemudian mereka garap dengan bagi hasil. Sayangnya, bagi hasil yang diberikan sering tidak adil, bahkan pernah Sadiah hanya dibayar Rp 50 ribu selama menggarap sawah tiga bulan lamanya karena tanaman yang ditanamnya gagal panen.

Sadiah dan suami tak pernah gentar, terus berusaha dan bekerja keras agar usahanya dapat berhasil. Beruntung pada 2016, Sadiah berjumpa dengan Amartha, salah satu penyelenggara layanan peer to peer (P2P) lending yang menjembatani investor untuk menemukan peluang investasi pada pembiayaan usaha mikro dan kecil (UMKM) di Indonesia.

Sadiah adalah satu dari 37 ribu mitra Amartha saat ini yang telah mendapatkan suntikan modal untuk mengembangkan usaha demi meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga.

Saat bergabung, dia mendapat modal usaha Rp 3 juta. Uangnya digunakan sebagai modal berjualan gorengan. "Saya bersyukur, ternyata dari gorengan pendapatan keluarga makin naik. Jadi sekarang nggak ngandalin dari tani saja," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (21/7).

Tidak hanya itu, kini Sadiah tidak memiliki utang lagi, baik pada tetangga maupun rentenir di lingkungan tempat tinggalnya. Hasil berdagang aneka gorengan ternyata sangat membantunya dalam menambah pendapatan keluarga. Bahkan dia dapat menyisihkan uang untuk usaha pertaniannya. Sawah satu petak yang dia miliki, kemudian ditanami kedelai serta jagung dengan teknik tumpang sari.

Dia juga menyisihkan modal dari Amartha untuk membeli bibit dan pupuk. Sadiah pun menanam jagung dan kedelai. "Hasilnya sukses, saya senang sekali. Dulu nggak ada modal, jadi nggak berani tumpang sari. Sekarang ada kesempatan karena ada modal. Bersyukur sekali," kata dia.

Kini dari hasil berjualan gorengan dan bertani, Sadiah mampu hidup lebih baik dan terbebas dari jerat rentenir. Dia juga telah menyiapkan tabungan untuk pendidikan kedua buah hatinya. Inilah mengapa Amartha terus semangat mendorong masyarakat pelosok pedesaan agar mampu terus berkembang dan terus meningkatkan kesejahteraan keluarga.

                                                                                       

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement