REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) menjamin sistem perdagangan bursa bebas dari virus ransomware. Hal itu menanggapi tertundanya perdagangan selama sekitar satu jam di awal perdagangan.
"Tadi sudah dibuktikan oleh Pak Sulis (Direktur Informasi Teknologi dan Manajemen Risiko BEI) dan timnya, ini bukan serangan virus," kata Direktur Utama BEI Tito Sulistio, kepada wartawan, Senin (10/7). Ia menjelaskan, gangguan sistem terjadi karena ada data yang formatnya berbeda sehingga datafeed perdagangan tidak muncul pada Senin pagi tadi.
Gangguan itu membuat publik tidak bisa mengakses informasi transaksi perdagangan di pasar modal Indonesia baik melalui Bloomberg maupun RTI. Tito juga memastikan sistem perdagangan Jakarta Automated Trading System (JATS) tidak ada masalah.
Hanya saja, ia mengaku belum mendapat informasi lebih detail mengenai kesalahan pada datafeed. "Detailnya sore ini kita dapat karena kita hanya bisa tahu dengan melihat sistem itu," kata Tito.
Direktur Informasi Teknologi dan Manajemen Risiko BEI Sulistyo Budi menambahkan, BEI akan mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terjadi lagi. Hal itu di antaranya dengan memerhatikan beberapa sistem.
"Pertama, sistem news-nya atau berita. Toh berita juga ada semua. Untuk hari ini kan nggak ada, itu kita setop. Kedua, berita yang mana dan format seperti apa nanti sore baru kita tahu. Kan harus disimulasikan di sistem perdagangan," kata Sulis.
Ia menambahkan, selama ini BEI memang tidak menggunakan sistem operasi (OS) Windows, sebab ransomware menyerang OS tersebut. Meski begitu, Sulis menuturkan, pengecekan dan pengawasan kini dilakukan setiap hari.
"Tadi kita juga berterima kasih pada Menkominfo Rudiantara sudah telepon. Beliau menanyakan apakah ini virus, kita bilang bukan," ujarnya.