Jumat 30 Jun 2017 17:14 WIB

Pembangunan Infrastruktur Dinilai Terasa Saat Mudik Lebaran

Rep: Frederikus Bata/ Red: Gita Amanda
Foto aerial proyek pembangunan infrastruktur nasional jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) di kawasan Rancakalong, Sumedang, Jawa Barat, Selasa (30/5).
Foto: Antara/Fahrul Jayadiputra
Foto aerial proyek pembangunan infrastruktur nasional jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) di kawasan Rancakalong, Sumedang, Jawa Barat, Selasa (30/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gabungan Pelaksana Konstruksi Indonesia (Gapensi) menilai dampak pembangunan infrastruktur secara besar-besaran, mulai terasa pada mudik Lebaran tahun ini. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gapensi, Andi Rukman Karumpa mengatakan hal tersebut terlihat dari semakin lancarnya transportasi mudik dan stabilitas harga barang menjelang Idul Fitri.

“Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya terjadi insiden dan kemacetan luar biasa, kali ini transportasi dan perhubungan lancar. Harga-harga barang juga stabil untuk kebutuhan pokok,” ujarnya lewat siaran pers, pada Jumat (30/6).

Andi melanjutkan, kelancaran dan stabilitas harga tersebut merupakan dampak dari pembangunan infrastruktur selama ini. “Membangun infrastruktur secara masif sebuah keniscayaan, kapan lagi. Dampaknya sudah terasa, angkutan darat ada tol, laut ada pelabuhan yang memadai, dan bandara, inflasi di daerah dapat terkendali,” katanya.

Dari periode 2015 hingga 2019 pemerintah menargetkan membangun 15 bandara baru, 24 pelabuhan, 2.650 km jalan nasional, 1.000 km jalan tol, 3.258 km jalur kereta api, dan 60 pelabuhan penyeberangan. Sebab itu pemerintah membutuhkan dana pembangunan infrastruktur sebesar Rp 5.519 triliun.

Kencangnya pembangunan infrastruktur membuat Gapensi optimistis sektor konstruksi akan kembali masuk dalam tiga besar penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) nasional tahun ini. Meski, pada kuartal I-2017 sektor ini hanya di posisi ke-enam penyumbang PDB. “Kita optimitis, sebab infrastruktur terus dipacu, sebanyak 70 persenan kan kerjaan konstruksi,” ujar Andi.

Sektor informasi dan komunikasi menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi pada kuartal I 2017. Sektor ini tumbuh 9,01 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Selanjutnya, sektor transportasi dan pergudangan tumbuh 7,65 persen dan menempati urutan kedua. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian justru mengalami perlambatan sebesar 0,49 persen. Kesehatan 7,13 persen diurutan ketiga, disusul pertanian atau perikanan sebesar 7,12 persen, Jasa Perusahaan 6,8 persen, dan konstruksi sebesar 6,26 persen diurutan keenam.

Gapensi optimistis sektor konstruksi akan kembali menyusul sektor lainnya dan masuk tiga besar hingga akhir 2017. Tahun lalu sektor konstruksi merupakan penyumbang ketiga bagi pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 0,51 persen setelah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Alasannya, Gapensi menilai pemerintah Jokowi-Jusuf Kalla konsisten mendorong pembangunan infrastruktur.

“Ada banyak proyek-proyek infrastruktur besar sedang digarap, atau akan segera dimulai baik bandara, infrastruktur kereta api, pelabuhan, jalan tol dan lain-lain,” kata Andi. Dia mengatakan, pelaksanaan pembangunan infrastruktur masih akan menjadi salah satu penopang utama untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2-5,4 persen.

Pada 2017, pemerintah mengalokasikan total belanja infrastruktur sebesar Rp 387 triliun dan sebesar Rp101,4 triliun dikelola oleh Kementerian PUPR. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan pelelangan dini sejak tahun lalu dan hasilnya hingga Januari 2017 sebanyak 2.768 paket telah terkontrak dengan nilai Rp 41,4 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement