Rabu 21 Jun 2017 10:17 WIB

BCA: Bisnis Kartu E-Money tak Menguntungkan

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nur Aini
Flazz Card BCA
Flazz Card BCA

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia (BCA) Tbk mengaku bisnis uang elektroniknya atau kartu Flazz belum bisa memberi banyak keuntungan. Hal ini karena, dana mengendap pada kartu masih minim. Dengan kondisi itu, bisnis kartu elektronik dinilai bisa bertahan dengan menarik biaya isi ulang kartu.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan, dana endapan per kartu Flazz rata-rata sebesar Rp 30 ribu. "Endapan Rp 30 ribu itu nggak ada artinya, karena kita kan harus investasi, harus masuk ke server, dan lainnya, kan perlu biaya," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Rabu, (21/6). Ia menambahkan, jumlah kartu Flazz yang tersebar kini telah mencapai enam juta keping.

Meski begitu, ia mengatakan, dana endapan tersebut setidaknya dapat menutupi biaya operasional perbankan. "Cuma nggak bisa dapat profit," ujarnya.

Jahja menyatakan, keberadaan uang elektronik memang memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi nontunai. Bagi perbankan pun, uang elektronik dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan jika menyediakan uang tunai.

Maka menurutnya, bila ada biaya untuk setiap pengisian isi ulang kartu Flazz atau top up, pengeluaran bank akan semakin ringan. "Kalau nggak ada biaya top up fee-nya, bisnis model begitu ya susah untuk survive," ujar Jahja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement