REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Sidomuncul menggelar mudik gratis bagi para penjual jamu ke-28 yang dipusatkan di Museum Purna Bhakti Pertiwi Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Sabtu (18/6). Kegiatan bertema 'Mudik Bareng, Guyup Rukun' ini memberangkatkan 15 ribu pedagang jamu se-Jabodetabek menggunakan 260 bus dengan tujuan tujuh kota. Di antaranya, Cirebon, Kuningan, Tegal, Banjarnegara, Solo, Wonogiri, dan Yogyakarta.
Direktur PT Sidomuncul Irwan Hidayat mengatakan, khusus pemberangkatan dari TMII, disediakan 160 bus. Adapun sisanya diberangkatkan dari Cikampek, Bogor, Cibinong, Sukabumi, Bandung, Tangerang, Cilegon, dan Serang. Menurut Irwan, mudik gratis pertama kali diadakan pada 1991 di Lapangan Parkir Timur Senayan yang diikuti 1.200 pedagang jamu dengan diangkut 17 bus.
"Beberapa tahun terakhir, peserta mudik bukan hanya para pedagang jamu atau jamu gendong, tetapi juga pedagang asongan dan pembantu rumah tangga," ujar Irwan di Jakarta Barat, Jumat (16/6). Pelepasan mudik gratis dijadwalkan dilakukan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat, Sekjen Kemenhub Antonius Tonny Budiono, dan Wali Kota Jakarta Timur Bambang Musyarawdana.
Menurut Irwan, sebagai perusahaan yang mempelopori kegiatan mudik gratis, PT Sido Muncul telah memberangkatkan sebanyak 332.400 pedagang jamu dan keluarganya. Dia mengenang, pada awal mudik gratis diadakan, kesulitan yang dihadapi adalah minimnya transportasi umum untuk membawa orang yang bekerja di bagian barat Jawa untuk pulang kampung di wilayah timur.
Namun, karena ingin memberikan 'hadiah' spesial kepada para penjual jamu sebagai garda terdepan dalam penjual produk PT Sido Muncul, dipilihlah kegiatan mudik gratis. Dia menyebut, pada tahun ini peserta mudik gratis menurun dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.
"Hal ini dikarenakan ekonomi pedagang jamu membaik, dan makin banyaknya perusahaan atau institusi yang menyelenggarakan mudik gratis," tuturnya.
Irwan mengungkapkan, ide mudik gratis dicetuskan adiknya bernama Sofyan Hidayat. Dia masih mengingatkan, pada tiga tahun pertama kegiatan mudik gratis, tidak semeriah sekarang. Pun dengan publikasi juga sangat jarang lantaran belum dikonsep secara optimal. "Selama tahun 1991 sampai 1993, kegiatan mudik dilakukan secara sederhana dan tidak ada pejabat pemerintah yang melepas pemudik," katanya.
Lukisan
Di kesempatan lain, Irwan sempat berkisah tentang pesan ibunya berisi kebijaksanaan dalam kehidupan yang dijalaninya. Irwan menerangkan, salah satu didikan ibunya yang terus diingatnya adalah pesan untuk menjadi orang bijak daripada orang pintar.
Dia mengklaim, menjadi orang bijak itu lebih bermanfaat daripada menjadi orang pintar. Karena itu, Irwan dalam mengelola dan mengambil kebijakan terkait bisnis Sido Muncul juga tidak bisa dilepaskan dari berbagai nasihat ibunya yang terus dikenangnya hingga sekarang.
Irwan juga menjelaskan tentang sebuah lukisan yang dipajang di ruang utama rumahnya. Dia menerangkan, lukisan bergambar Konfusius yang dikelilingi muridnya tersebut mengandung filosofi pentingnya kerukunan di dalam keluarga.
Irwan mengaku, ia kadang harus mengalah ketika menghadapi situasi tertentu agar bisa menjaga hubungan baik dengan sesama. Dia pun jadi teringat berbagai petuah ibunya yang ternyata sangat manjur dipraktikkan dalam aktivitas sehari-hari hingga dapat membuat hati menjadi tenang.
Irwan juga memiliki target ingin membuat anak-anaknya bisa huduk saling berdampingan. "Untuk anak-anak saya supaya hidupnya bisa bahagia, itu hidup (harus) tentrem artinya damai dan senang. Kalau hati damai, mestinya jiwanya sehat," kata Irwan. Erik Purnama Putra