REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve kembali menaikkan suku bunga acuannya atau Fed Fund Rate (FFR) pada Rabu, (14/6). Penaikkan tersebut sudah kedua kalinya di tahun ini.
Meski begitu, Kepala Ekonom SKHA Consulting Eric Sugandi menilai, Bank Indonesia (BI) kemungkinan tidak ikut menaikkan suku bunga acuannya atau BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7 Day RR). "Saya expect tetap di 4,75 persen, karena kenaikan FFR sudah diantisipasi para pelaku pasar sehingga dampaknya terbatas," ujarnya kepada Republika, Kamis, (15/6).
Hanya saja, ia mengatakan, masih ada risiko tekanan inflasi dan tekanan terhadap kurs rupiah dari faktor eksternal. Dengan begitu, BI tidak akan menurunkan maupun menaikkan BI 7 Day RR.
"Di sisi lain, tekanan inflasi dan tekanan terhadap rupiah ini masih bisa diakomodasi oleh BI 7 Day RR pada saat ini," jelas Eric. Maka ia menegaskan, suku bunga acuan BI tidak perlu naik.
Perlu diketahui, pada Bulan ini, FFR naik sebesar 25 basis poin (bps) ke Kisaran target 1 persen sampai 1,25 persen. The Fed pun memproyeksikan akan menaikkan suku bunga acuannya satu kali lagi pada tahun ini, sehingga totalnya tiga kali.