REPUBLIKA.CO.ID, Mencoba untuk memulai usaha tidak melulu harus memiliki segudang pengalaman yang mumpuni. Mariah (40 tahun) memulai usaha membuat keset sejak tahun 2009. Usaha membuat keset ini ia mulai dengan hanya “coba-coba” mengikuti tetangganya yang juga membuat keset.
Mariah tak ragu untuk berguru dan terus melatih keterampilannya membuat keset yang bagus dan rapi. Setelah ia mampu membuat keset sesuai dengan standar kualitas yang baik, ia beranikan diri untuk memulai usahanya secara mandiri.
Langkah yang ia ambil kala itu termasuk suatu hal yang berani, mengingat hal tersebut merupakan pengalaman pertamanya untuk memulai usaha. Bulan demi bulan, tahun demi tahun usaha yang ia rintis mulai menampakkan hasilnya.
Keset buatannya telah memiliki pasar tersendiri yaitu selain ia jual di lingkungan rumahnya, kesetnya pun telah di jual di daerah lain sekitar Bojong Indah. Keset itu telah dipasarkan oleh mertuanya dan juga oleh seorang tengkulak yang membeli seluruh dagangannya secara rutin setiap minggu, tentu saja hal ini mampu mendatangkan keuntungan lebih untuk dirinya dan menambah pendapatan keluarga.
Sekitar tahun 2009, Mariah mempunyai uang Rp 20 ribu sisa dari uang belanja bulanan yang suaminya berikan kepadanya untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Lantas ia berpikir, mau dipakai untuk apa uang tersebut agar bermanfaat. “Waktu itu saya mikir, mau apa ya biar uang ini bisa jadi duit lagi, lalu saya langsung kepikiran untuk bikin keset. Setelah itu saya main ke tetangga minta ajarin buat kesetnya”, ujar Mariah saat bercerita bagaimana ia berpikir untuk memulai usaha kala itu.
Uang Rp 20 ribu itulah yang kemudian ia jadikan modal awal untuk memulai usaha kesetnya saat ini. Modal untuk membeli kain perca seberat satu kilogram sebagai bahan untuk membuat keset saat pertama kali ia memulai usahanya hanya Rp 2.000, lantas ia membeli beberapa kilogram untuk bahan membuat keset dan sisanya ia pakai untuk membuat alat pemintal yang digunakan untuk membuat keset.
Keset buatan Mariah
Pertama kali ia menjual keset buatnya sekitar tahun 2009, kala itu hanya seharga Rp 2.000 per keset dengan rata-rata penjualan 10 keset dalam satu minggu, sehingga dalam satu bulan sekitar 40 buah keset terjual. Pendapatannya dari hasil berjualan keset kala itu hanya sebesar Rp 80 ribu. Namun saat ini dengan modal yang diberikan lewat Amartha, ia mampu membeli lebih banyak bahan baku dan kemudian menghasilkan keset lebih banyak pula.
Omzet yang ia dapatkan dari usaha keset saat ini adalah sekitar Rp 520.000 per bulannya yang hanya berasal dari tengkulak dan juga mertuanya yang menjual keset tersebut di wilayah lain. Hasil tersebut masih bertambah dengan adanya para tetangga yang tak jarang pula membeli keset padanya untuk mereka gunakan sehari-hari. Harga keset yang ia jual secara ecer kepada tetangga di lingkungan rumahnya tentu berbeda, yakni lebih mahal seharga Rp 8.500 per buah.
Jeli Melihat Peluang
Keuletan dan kerja keras Mariah tidak perlu diragukan lagi. Tak hanya itu, ia juga mampu melihat peluang usaha lain yang kemudian ia kembangkan demi menambah pundi-pundi rupiah untuk kelangsungan hidup keluarganya. Suami Mariah yang berprofesi sebagai supir angkot tidak mampu menutup semua kebutuhan keluarganya.
“Saya merasa uang dari jualan keset ini kurang, hasil narik angkot bapak juga gak seberapa, lalu saya berfikir lagi enaknya jualan apalagi biar dapat pemasukan lebih. Nah, saya kepikiran jualan selimut, handuk dan juga bad cover karena di sini rata-rata yang jualan kain hanya pakian saya, tidak ada yang jual bad cover atau handuk atau juga selimut,” ujarnya.
Usahanya ini dimulai saat ia mendapat pinjaman pertamanya dari Amartha sebesar Rp. 500 ribu, yang kemudian ia belikan beberapa selimut, handuk dan bad cover. Selimut, handuk dan juga bad cover tersebut ia tawarkan kepada tetangga di lingkungan rumahnya. “Banyak yang tertarik, soalnya saya pakai sistem kredit per bulan. Jadi ya lebih ringan buat ibu-ibu di sini,” katanya. Usaha ini terbukti mampu menambah pendapatannya sehingga hidupnya lebih sejahtera.
Kesejahteraan sering kali dikaitkan dengan hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan dan ketentraman. Kesejahteraan dapat tercapai apabila seseorang atau sekelompok orang mampu mendapatkan apa yang mereka butuhkan dengan cukup dan tidak kekurangan. Setelah bergabung dengan Amartha sejak tahun 2010, Mariah telah mampu membantu suaminya dalam berbagai hal dan juga memperbaiki taraf hidup keluarganya menjadi lebih baik.
Saat pinjaman ketiga turun sebesar tiga juta rupiah, selain digunakan untuk modal usahanya, ia lantas gunakan pula untuk membuat dapur di rumahnya. Kemudian saat pinjaman selanjutnya, ia gunakan untuk memasang listrik di rumahnya yang sebelumnya tidak teraliri listrik. “Alhamdulillah Amartha telah membantu saya meningkatkan kesejahteraan keluarga saya sampai saat ini,” ujar Mariah sebagai bentuk rasa syukur atas pinjaman dana dari Amartha selama ini.