REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jalur Kereta Api barang dan penumpang akan dibuat terpisah untuk memaksimalkan volume barang yang bisa diangkut oleh KA barang.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan saat ini jalur KA masih diprioritaskan untuk penumpang karena kapasitas belum mencukupi kebutuhan yang ada. "KA barang Jakarta-Surabaya ini menarik, hanya saja penumpang masih butuh KA, mungkin belum bisa menggunakan rel KA sebebas seperti di China yang memang didedikasikan untuk barang," ujar Budi usai pembukaan Pekan Lingkungan Hidup 2017 di Jakarta, Jumat (2/6).
Untuk itu, ia memiliki konsep agar ke depannya jalur KA penumpang dan barang bisa terpisah dan memiliki jalurnya masing-masing, tidak seperti saat ini masih bersatu atau double handling yang membuat biaya operasional menjadi mahal. "Konsep ini yang kita pikirkan bagaiman memisahkan jalur KA barang dan penumpang, bila mungkin KA barang saja, sehingga memiliki volume yang banyak," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Umum Masyarakat Perkeretaapian Indonesia (Maska) Hermanto Dwiatmoko berpendapat KA barang memiliki peran penting dalam penghematan biaya logistik. Pasalnya, biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar KA hanya 1.500 liter dibandingkan dengan truk yang bisa mencapai 14 ribu liter. "Harus ada kebijakan khusus agar para pelaku usaha berminat beralih ke KA, kalau kita bisa pindahkan satu juta TEUs, pemerintah dapat Rp 3,5 triliun dan dalam tiga tahun sudah kembali uangnya," ujarnya.
Dia menambahkan seharusnya pemerintah menambah infrastruktur KA lebih merata, khususnya baik di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa, tidak terkonsentrasi hanya proyek-proyek Ibu Kota, seperti MRT, LRT dan kereta cepat. Dia menjelaskan kebutuhan akan moda transportasi kereta api di Pulau Jawa sendiri masih belum tercukupi dengan kapasitas yang ada, terutama pada musim ramai, seperti Lebaran. "Memang harus ada keseimbangan antara Jawa dan luar Jawa, terus terang sekarang masih banyak di Jawa, seharusnya bisa memaksimalkan jalur ganda itu tadi," katanya.
Terkait penambahan unit kereta yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia, Hermanto mengatakan hal itu belum cukup karena kereta lama yang harus diganti juga jumlahnya cukup banyak. "PT KAI sudah melakukan pembelian, tapi itu sendiri sifatnya bukan penambahan kapasitas, kalaupun nambah nggak banyak," ujarnya.