REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) tumbuh 1,2 persen, meningkat dari perkiraan sebelumnya yakni 0,7 persen. Akan tetapi peningkatan tersebut dipandang sebagai pertumbuhan yang terburuk dan menjadi pukulan telak bagi Presiden AS Donald Trump yang menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4 persen.
Pertumbuhan PDB 1,2 persen tersebut dinilai masih merupakan perlambatan dari tingkat pertumbuhan yang dicatat pada kuartal IV 2016, yakni sebesar 2,1 persen. Trump telah mengusulkan serangkaian langkah untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, seperti pemotongan pajak korporasi dan individu.
Akan tetapi, para analis skeptis bahwa stimulus fiskal tersebut tidak akan memicu pertumbuhan ekonomi karena lemahnya produktivitas dan kekurangan tenaga kerja di beberapa daerah. "Jika ekonomi tumbuh 3 persen, maka bisnis lebih banyak mengeluarkan uang untuk barang modal," ujar Kepala Ekonom Naroff Economic Advisors Joel Naroff dilansir Reuters, Ahad (28/5).
Para ekonom memperkirakan bahwa pertumbuhan PDB akan direvisi naik menjadi 0,9 persen. Meski mengalami pertumbuhan, Federal Reserve alias Bank Sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga bulan depan.
Tiga bulan pertama ini, AS mencatat tingkat pertumbuhan PDB yang lebih rendah daripada kuartal lainnya. Berdasarkan laporan Departemen Perdagangan AS menunjukkan adanya perlambatan investasi dan penurunan laba perusahaan sebesar 40,3 miliar dolar AS dibandingkan dengan kenaikan 11,2 miliar dolar AS pada kuartal IV/2016.
Penurunan tersebut dipengaruhi oleh penyelesaian legal yang harus dibayar oleh sejumlah perusahaan besar seperti Volkswagen, Deutsche Bank, dan Credit Suisse. Selain itu, dalam laporan tersebut Departemen Perdagangan AS juga mencatat menurunnya penjualan pesawat tempur dan mobil sebesar 0,7 persen pada April 2017.