REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pengusaha ritel modern yang tergabung dalam asosiasi pengusaha ritel Indonesia (Aprindo) berharap kebijakan satu harga untuk komoditi pangan yang ditetapkan pemerintah dapat memacu konsumsi masyarakat.
Ketua Umum Aprindo Roy Mendey mengatakan, tahun-tahun sebelumnya, setiap jelang puasa dan lebaran kenaikan harga bahan pangan selalu menjadi kekhawatiran di tengah masyarakat. Ia berharap, kebijakan satu harga untuk komoditi pangan dapat meredam gejolak harga yang biasa terjadi.
"Kita harap kebijakan pemerintah ini dapat meningkatkan sentimen positif di masyarakat agar dapat terus berkonsumsi," ujarnya, saat dihubungi Republika, Senin (22/5).
Menurut Roy, konsumsi masyarakat selama puasa dan lebaran biasanya meningkat 35-45 persen dari hari-hari biasa. Ia menyebut, sejak lima bulan lalu peritel sudah mengantisipasi lonjakan kenaikan permintaan bahan pangan di masyarakat.
"75-80 persen stok sudah terpenuhi dan sudah masuk di distribution center kami," ucap dia.
Seperti diketahui, sejak awal April lalu, pemerintah mengatur Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk gula pasir, minyak goreng curah dan daging beku. Kebijakan yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan ini menyasar ritel modern yang dianggap sebagai pemimpin harga alias price leader.
Harga eceran tertinggi di gerai ritel modern untuk tiga komoditi pangan, yakni gula (Rp 12.500 per kilogram), minyak goreng (Rp 11 ribu per liter) dan daging beku (Rp 80 ribu per kilogram). Menteri Perdagangan berharap, jika ritel modern menjual dengan harga murah, maka pasar tradisional akan mengikuti.