Jumat 19 May 2017 08:08 WIB

Perang di Semenanjung Korea Genjot Harga Smartphone dan Utang AS

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi Smartphone
Foto: pixabay
Ilustrasi Smartphone

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Riset konsultan ekonomi, Capital Economics menyebutkan berapa konsekuensi dari perang di Semenanjung Korea. Harga barang-barang elektronik, khususnya ponsel pintar (smartphone) meningkat tajam, perdagangan global terganggu, dan utang Amerika Serikat (AS) kian melebar.

Presiden AS, Donald Trump sebelumnya mengatakan konflik besar akan terjadi jika semua opsi untuk bernegosiasi dengan Korea Utara gagal. Perdana Menteri Shinzo Abe baru-baru ini juga mengatakan masyarakat dunia harus berpegang teguh pada prinsip dan mengambil tindakan nyata sebab Korea Utara mengancam akan menembakkan rudal balistik berteknologi tinggi.

Korea Selatan adalah negara penghasil gawai terbesar keempat di dunia, berdasarkan nilai tambah. Porsinya sekitar enam persen dari produksi global.

"Konflik yang relatif singkat sekali pun akan menyebabkan bencana besar pada ekonomi Korea Selatan," tulis laporan tersebut, dilansir dari CNBC, Jumat (18/5).

Jika produksi elektronik terganggu karena perang dengan Korea Utara, perusahaan-perusahaan di Korea Selatan akan mencari pemasok alternatif. Sayangnya ekonomi global kurang bisa mengompensasi barang-barang yang diproduksi Korea Selatan.

Itu berarti beberapa perusahaan Korea Selatan di seluruh dunia terpaksa berhenti berproduksi. Ini menyebabkan kenaikan tajam harga berbagai produk elektronik secara global. Capital Economics mengatakan gangguan tersebut kemudian merembet ke ekonomi negara-negara maju lainnya.

"Belanja AS untuk barang-barang elektronik, seperti ponsel pintar, kamera, tablet, dan komputer menyumbang sekitar satu persen inflasi. Jika perang di Semenanjung Korea terjadi, harga barang-barang ini bisa berlipat ganda, dan menambah satu persen inflasi AS," tulis laporan tersebut.

Daya beli konsumen secara riil menurun tajam. Pengeluaran semakian terbatas dan Bank Sentral AS akhirnya merespons dengan kenaikan suku bunga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement