REPUBLIKA.CO.ID, Ciah (35 tahun) merupakan salah satu perempuan tangguh. Ia telah membuka usahanya secara mandiri sejak 1997 lalu. Saat itu usianya masih belasan tahun, ia telah bekerja sebagai kuli di salah satu warung makan dekat rumahnya.
Pekerjaan sebagai pelayan yang membantu majikannya berdagang makanan dapat dibilang cukup berat. Ciah bertugas untuk membeli bahan-bahan makanan yang akan dijual. Tak hanya itu, ia juga bertugas untuk memasak, lalu menjual makanan tersebut kepada konsumen di warung milik majikannya.
Selain menjadi kuli, Ciah juga menjadi buruh untuk memasang aksesoris mute setiap Ahad. Baju- baju yang akan dimute ia ambil dari seseorang yang sudah menjadi langganannya.
Tak juga merasa lelah untuk terus berusaha, ia pun membuat keset. Namun pekerjaan itu lambat laun ia tinggalkan. Hal ini karena ia berhasil memulai usaha secara mandiri dengan modal usaha yang telah ia kumpulkan selama ia bekerja dengan majikannya.
“Saya mah orangnya dari perawan nggak betah diam, pengennya usaha apa aja biar ada penghasilan,” ujar Ciah saat ditanya mengapa ia memutuskan untuk membuka usaha yang ia jalankan saat ini.
Kerja keras tak kenal lelah, yang terus ia jalani hingga saat ini serta tekad tidak pernah padamnya untuk selalu berjuang demi keluarga membuat Ciah mantap untuk memulai usaha secara mandiri. Ia menggunakan tabungan yang dikumpulkan selama bekerja sebagai modal awal.
Ciah mulai merintis usaha hanya dengan modal 40 ribu rupiah saat itu di tahun 1997. Ia berjualan aneka jajanan anak-anak termasuk es. Jumlahnya pun pun tidak banyak, hanya beberapa macam dan tidak lengkap. Namun, usaha yang Ciah rintis makin hari kian berkembang.
Kini Ciah telah melebarkan sayapnya dengan berjuakan sembako, aneka makanan dan juga kue-kue kecil. Ia bahkan kini menerima pesanan aneka kue dan jajanan. Saat usahanya masih belum berkembang, ia hanya mendapat 50 ribu rupiah setiap harinya dengan keuntungan bersih sekitar 10 ribu rupiah.
Setelah usahanya makin berkembang dan dengan suntikan modal dari Amartha sebesar lima juta rupiah sebagai modal dagang, setiap harinya, ia menghabiskan sekitar 200 ribu rupiah untuk membeli berbagai bahan baku dagangannya. Sehingga keseluruhan keuntungannya pun meningkat menjadi sebesar 450 rupiah per hari.
Setiap hari, kini Ciah mampu mengumpulkan keuntungan bersih sekitar 250 ribu rupiah yang berarti 7.5 juta rupiah kantongi setiap bulannya. Jumlah tersebut belum termasuk pemasukan dari pesanan aneka kue-kue dan jajanan yang kerap ia dapatkan untuk berbagai acara di lingkungannya.
“Alhamdulillah usaha makin lancar, ya saya pengen toko bisa lebih gede lagi, dagangannya semakin banyak, syukur-syukur nanti bisa grosirin ke tetangga-tetangga,” kata Ciah menceritakan harapannya.
Kerja keras untuk keluarga
Keadaan ekonomi keluarga Ciah mau tidak mau memaksanya untuk ikut kerja keras demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Pekerjaan suami Ciah sebagai kuli bangunan, dirasa tidak cukup bila harus menopang segala kebutuhan keluarga sendiri.
Apalagi pekerjaan suaminya sebagai kuli tersebut tidak dapat menjanjikan pemasukan rutin setiap saat. Kadang tiga bulan sekali, namun pernah pula sampai enam bulan sekali dalam satu tahun suaminya baru mendapat pekerjaan sebagai kuli bangunan.
Keadaan itu pun mendorong Ciah untuk cerdik memutar otak, agar dapat terus berusaha membantu sang suami menambah pemasukan keluarga. Setiap hari, pagi-pagi sebelum waktu subuh tiba, ia bangun untuk mulai membuat adonan gorengan, lontong sayur dan nasi uduk yang akan ia jual pada pagi harinya.
Semua ia lakukan demi keluarganya agar tetap hidup sejahtera. Mulai dari pagi hari berjualan nasi uduk, gorengan dan juga lontong sayur, kemudian siang hari membuka warung sembako sambil berjualan aneka jajanan seperti sosis goreng dan bermacam-macam penganan ringan. Lalu sore hingga malam hari, ia berjualan aneka kue-kue kecil seperti donat, apem, gemblong dan lain-lain.
Tak hanya itu, ia juga menerima pesanan aneka kue jika diperlukan untuk berbagai acara di sekitar lingkungan rumahnya. Semua ia kerjakan dengan penuh semangat dan tak kenal lelah demi keluarga tercintanya.
“Saya akan selalu semangat kerja , biar anak nanti bisa sekolah sampai tinggi, biar nggak kaya bapak ibunya. Saya senang, berkat Amartha sekarang kehidupan saya, ya jadi makin baik,” ujar Ciah dengan senyum lebar di wajahnya.
Amartha merupakan salah satu perusahaan teknologi finansial peer-to-peer lending yang ada di Indonesia. Perusahaan tersebut menyediakan situs yang menghubungkan investor menemukan peluang investasi pada pembiayaan usaha mikro dan kecil di Indonesia.