Rabu 17 May 2017 10:00 WIB

Pemerintah akan Permudah Investasi Cina Lewat Jalur Sutra Baru

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nur Aini
Peta one belt one road, obor yang merupakan jalur sutra baru dinisiasi Cina
Foto: linkedin
Peta one belt one road, obor yang merupakan jalur sutra baru dinisiasi Cina

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumberdaya, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan salah satu bentuk kerja sama yang akan ditingkatkan antara Indonesia dan Cina dalam pertemuan One Belt One Road pekan ini adalah kemudahan investasi. Ia mengatakan, Indonesia tak mau kerja sama yang terjalin antara Indonesia dan Cina dalam bentuk utang.

Ia mengatakan forum one belt one road ini merupakan ajang pertemuan negara negara yang tergabung dalam jalur sutra. Meski nantinya akan dibuka peluang kerja sama yang lebih besar antarnegara jalur sutra tersebut tetapi ia mengaku tak ingin jika bentuk kerja sama berupa pinjaman uang.

"Walau begitu kita tetap harus hati-hati, kita tidak akan menjadikan (investasi) ini menjadi pinjaman karena kita ingin mempertahankan posisi utang kita kurang dari 30 persen dari GDP," ujar Luhut di Beijing dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id, Rabu (17/5).

Lewat kerja sama ini, pemerintah akan memfasilitasi dan memberi kemudahan kedua belah pihak serta memberi insentif seperti tax holiday dan kemudahan investasi lainnya. Cina mengalokasikan 3 triliun dolar AS sebagai bentuk realisasi program one belt one road ini. Ia mengatakan, jika Cina memakai 1 triliun dolar AS untuk membangun perekonomian baru maka hal ini menjadi salah satu peluang investasi.

Sebanyak 29 kepala negara/pemerintahan dan pimpinan organisasi internasional berkumpul membahas sinergi kebijakan, hubungan antarmasyaraka,t dan infrastruktur pada forum BRI yang berlangsung 14-15 Mei 2017 di ibu kota Cina.

"Banyak negara lain yang sudah mendapatkan dana investasi ini, mungkin masih banyak negara yang ingin mendapatkannya juga. Yang sudah dapat antara lain negara Saudi Arabia misalnya, mereka membeli sebagian Saudi Aramco, Pakistan mendapat hingga 62 miliar dolar AS, Malaysia dapat lebih dari 30 miliar dolar AS, Filipina juga mendapat lebih dari 20 miliar dolar AS," ujar Luhut.

Luhut mengatakan Indonesia menawarkan beberapa proyek yang akan dikerjakan bersama antara Cina dan Indonesia. Cina dinilai menyambut baik tawaran proyek tersebut.

"Seperti proyek terintegrasi di Bitung, kemudian di Sumatera Utara yang juga merupakan proyek terintegrasi, membuka konektivitas di sana, lalu ada juga proyek listrik dan pembangunan kawasan industri di Kalimantan Utara," ujar Luhut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement