Selasa 16 May 2017 02:19 WIB

Indonesia Ingin Peran Penting di Jalur Sutra Baru

Rep: Amri Amrullah/ Red: Angga Indrawan
Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping (kedua kanan) menyaksikan penandatanganan perjanjian fasilitasi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung oleh Direktur Utama PT KCIC Hanggoro (kedua kiri) dan Direktur Utama Bank Pembangunan Nasional Tiongkok Hu Huaibang (kanan) di Gedung Great Hall of the People, Beijing, RRT, Minggu (14/5). Nilai komitmen kerja sama proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung tersebut sebesar 4,498 miliar dolar AS. ANTARA FOTO/Bayu Prasetyo
Foto: Bayu Nugroho/Antara
Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping (kedua kanan) menyaksikan penandatanganan perjanjian fasilitasi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung oleh Direktur Utama PT KCIC Hanggoro (kedua kiri) dan Direktur Utama Bank Pembangunan Nasional Tiongkok Hu Huaibang (kanan) di Gedung Great Hall of the People, Beijing, RRT, Minggu (14/5). Nilai komitmen kerja sama proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung tersebut sebesar 4,498 miliar dolar AS. ANTARA FOTO/Bayu Prasetyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menegaskan Indonesia ingin mengambil peran lebih penting dalam Jalur Sutra baru yang diinisiasi Cina melalui pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT), The Belt and Road Forum for International Cooperation (BRF), di Beijing.

"Saya ingin mengingatkan bahwa di abad-abad di mana Jalur Sutra pertama kali berkembang, Indonesia saat itu dikenal sebagai kepulauan rempah, the Spice Islands," ucap Presiden, Senin (15/5) dalam forum sesi pertama yang membahas tentang sinergi kebijakan, Kepala Negara.

Presiden Jokowi mengatakan peranan Indonesia saat Jalur Sutra pertama kali berkembang. Saat itu, Indonesia memang dikenal sebagai kepulauan kaya rempah. Karena itu di Jalur Sutra baru ini, presiden ingin Indonesia menjadi salah satu basis perniagaan dan bisnis. Presiden Jokowi mengajak para kepala negara untuk bekerja sama dengan Indonesia dan Asia Tenggara dalam mengolah dan mengembangkan bahan baku industri dan pangan yang dimiliki.

"Indonesia dan Asia Tenggara harus kembali memainkan peranan yang penting dalam memasok bahan baku dan sumber daya alam yang kemudian diolah menjadi produk dan jasa," ujar Presiden Jokowi.

Di hadapan para kepala negara yang hadir, Presiden juga menyebut bahwa Indonesia merupakan satu di antara tiga negara utama di dunia yang memasok bahan pangan seperti kakao, kopi, kelapa, minyak kelapa sawit, dan rempah-rempah.

Sementara di bidang industri, Indonesia juga berada dalam tiga besar negara pemasok bahan baku industri seperti nikel, timah, tembaga, dan aluminium bauksit. Tak hanya itu, Indonesia juga diberkati dengan sumber daya energi yang berlimpah dan terjangkau.

"Asia Tenggara, khususnya Indonesia, juga diberkati dengan sumber daya energi yang berlimpah dan murah. Tenaga hidro, tenaga geotermal, tenaga surya, dan tentunya tenaga batu bara," ia menambahkan.

Jokowi percaya bahwa pembangunan infrastruktur melalui inisiatif 'Belt and Road' akan memicu industrialisasi di berbagai belahan dunia lainnya sebagaimana yang pernah dialami oleh Cina.  Dengan pembangunan infrastruktur itu, ia yakin bisa memicu industrialisasi yang dahsyat. Dari Afrika, Timur Tengah, Asia Sentral, Asia Selatan, hingga Asia Tenggara dan Asia Timur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement