Senin 15 May 2017 20:55 WIB

Jelang Puasa, Impor Kurma Tunisia Sentuh 20,5 Ribu Ton

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kurma (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Kurma (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai impor kurma asal Tunisia mengalami kenaikan signifikan selama Januari hingga April 2017, sebesar 20,5 ribu ton atau setara dengan 34,8 juta dolar AS (harga barang ditambah dengan biaya kirim dan asuransi / CIF). Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyebutkan, kenaikan nilai impor kurma ini bertepatan dengan momentum bulan Puasa yang jatuh di akhir Mei 2017 ini.

Pada Bulan April 2017 saja, nilai impor kurma keseluruhan mengalami kenaikan hingga 49,26 persen dengan pengekspor terbesar dari Tunisia, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat.  "Kenaikan impor pada April sesuai dengan kebutuhan konsumsi dalam negeri. Bertepatan dengan puasa, yang naik adalah impor kurma," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Senin (15/5).

Selain Tunisia, Mesir juga mengirim kurma terbaik mereka ke Indonesia hingga 4,3 ribu ton sepanjang Januari hingga April 2017 atau setara dengan 15,7 juta dolar AS. Sementara Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat menduduki posisi ketiga dan keempat sebagai pengekspor kurma ke Indonesia, dengan volume masing-masing 10 ribu ton dan 3 ribu ton.  

Meski impor kurma meningkat, namun ternyata belum bisa mengimbangi penurunan impor sejumlah barang konsumsi lainnya seperti cabai kering dan daging beku. Suhariyanto menyebutkan, penurunan impor cabai kering dari India mencapai 35 persen.

Sementara impor daging beku jenis lembu dari Australia menembus 65 persen. Hal tersebut membuat angka impor secara menyeluruh pada bulan April 2017 mengalami penurunan hingga 6,26 persen dibanding Maret 2017 untuk jenis nonmigas. Meski begitu, nilai impor April 2017 mengalami kenaikan hingga 9,16 persen bila dibandingkan April tahun lalu.

BPS mencatat, peningkatan impor nonmigas terbesar sepanjang Maret-April 2017 terjadi untuk komoditas serealia dengan nilai 34,2 juta dolar AS atau 17,45 persen dari total impor. Sementara penurunan impor terbesar terjadi untuk suku cadang kapal laut sebesar 187,7 miliar atau 63,46 persen dari total impor.

Sementara dari segi negara pemasok, Cina masih menduduki posisi teratas dengan nilai impor sebesar 10,37 miliar dolar AS atau 25,7 persen dari keseluruhan impor Indonesia. Di posisi kedua, ada Jepang dengan nilai impornya sebesar 4,63 miliar dolar AS atau 11,49 persen dari total impor. Thailand menduduki posisi ketiga sebagai negara asal impor terbesar, dengan nilai 2,89 miliar dolar AS atau 7,16 persen dari total impor.

Nilai impor semua golongan barang baik barang konsumsi, bahan baku penolong, dan barang modal selama Januari hingga April 2017 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun lalu. Nilai peningkatan untuk masing-masing golongan barang adalah 7,78 persen, 15,85 persen, dan 6,29 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement