REPUBLIKA.CO.ID,KUALA LUMPUR -- Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al Falih berharap kebijakan pemotongan produksi minyak oleh negara-negara anggota OPEC bisa bertahan hingga akhir tahun ini. Ia menilai, dengan kebijakan yang sudah disepakati pada semester satu tahun ini sudah bisa menstabilkan ekonomi.
Khalid mengatakan harga minyak yang jatuh selama bertahun-tahun disebabkan oleh pasokan yang berlebih. "Saya sudah diskusi dan konsultasi dengan anggota-anggota OPEC, saya berharap kesepakatan ini bisa terus berlanjut hingga paruh kedua tahun ini," ujar Khalid seperti dilansir dari Reuters, Senin (8/5).
Menurut dia, turunnya harga minyak dunia saat ini bukan lagi dipengaruhi karena stok yang melimpah, namun juga rendahnya permintaan. Pengaruh lainnya bersumber dari masa perawatan kilang minyak di sejumlah negara. "Pertumbuhan produksi di luar OPEC serta geliat di AS juga jadi salah satu faktor," kata Khalid.
Pihak OPEC pada awal tahun lalu sepakat untuk memangkas produksi sebesar 1,8 juta barel per hari. Produksi minyak dunia yang sempat melonjak membuat harga minyak mentah dunia menginjak harga 50 dolar AS per barel. Sedangkan produksi minyak Amerika Serikat telah meningkat lebih dari 10 persen sejak pertengahan 2016 sampai 9,3 juta barel per hari.