REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Mendekati bulan Ramadhan dan Idul Fitri, harga komoditas pokok mulai merangkak naik. Salah satunya yang mengalami kenaikan hingga 100 persen adalah bawang putih.
Salah satu pedagang di pasar utama Cikurubuk Kota Tasikmalaya, Dedi mengatakan kenaikan sudah terjadi selama beberapa pekan terakhir. Lonjakan harga pun dirasa amat memberatkan pedagang dan pembeli. Bagi pedagang, jumlah pembelian bawang menjadi berkurang karena harga tinggi. Adapun konsumen, khususnya warung makan menjadi kebingungan karena semua bumbu masakan tentu menggunakan bawang putih.
"Kenaikan tajam 100 persen dari 22 ribu sekarang 50-60 ribu per kilogram," katanya pada wartawan, Kamis, (4/5).
Dengan tingginya harga bawang, otomatis konsumen pun mengurangi pembelian. Dampaknya, stok pedagang juga ikut dikurangi guna mengimbangi hal tersebut. Dedi yang tadinya mampu menjual hingga 300 kilogram bawang putih per hari pun harus gigit jari karena kini cuma menjual 20 kilogram saja.
"Masih jual paling sekarung 20 kilo, biasanya bisa tiga kuintal sekali tapi sekarang satu karung juga susah karena di eceran harga lebih tinggi lagi," ujarnya.
Tak hanya bawang putih, komoditas lain seperti telur mulai menunjukan gejala akan naik. Tercatat dalam beberapa hari ini, angka telur naik dua ribu rupiah dari 16 menjadi 18 ribu per kiloram. Salah satu pedagang, Damayanti, merasa heran dengan kenaikan harga telur sebab stoknya justru tak mengalami defisit.
"Saya heran kok naik, padahal stok ada-ada saja, bahkan permintaan telur yang biasanya kadang diambil oleh perusahaan biskuit justru tidak terjadi," ucapnya.