Senin 01 May 2017 13:52 WIB

Menaker Dorong Buruh untuk Berserikat

Massa dari gabungan organisasi buruh dan pekerja melakukan aksi memperingati Hari Buruh Internasional (May Day). ilustrasi
Foto: Antara
Massa dari gabungan organisasi buruh dan pekerja melakukan aksi memperingati Hari Buruh Internasional (May Day). ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri mendorong buruh untuk berserikat sehingga perjuangan untuk peningkatan kesejahteraan dapat semakin efektif. 

Saya mendorong serikat pekerja untuk jadi kuat di perusahaan. Saat ini anggota SP jumlahnya menurun drastis," kata Menaker ketika menghadiri perayaan May Day Festival di Stadion GBK Jakarta, Senin (1/5). 

Data Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan jumlah anggota serikat pekerja/serikat buruh pada 2017 hanya sekitar 2,7 juta orang atau menurun dari 3,4 juta orang pada tahun 2007. "Ini yang harus jadi PR (pekerjaan rumah), untuk mendorong semakin banyak buruh yang berserikat," ujarnya. 

Hanif menyebut gerakan buruh saat ini berbeda dengan bertahun-tahun yang lalu yaitu ruang politik yang sudah berubah, dari dulu yang susah memperjuangkan secara politik hingga kini bisa dengan mudah berdemonstrasi.

"Perjuangan buruh harus berbeda, harus lebih kreatif, lebih inovatif," ujarnya. 

Dengan berserikat membentuk serikat pekerja/serikat buruh, Menaker menyebut akan lebih mudah untuk melakukan dialog dan memperjuangkan kesejahteraan buruh. Ia mengakui masih ada pengusaha yang tidak menginginkan terbentuknya serikat buruh di perusahaannya karena khawatir dengan ancaman mogok dan lainnya.

"Ada perusahaan-perusahaan yang masih perlu dibina tentang pentingnya serikat pekerja. Tapi di sisi lain, ada 'image' serikat pekerja yang kurang baik, bukan hanya di mata perusahaan tapi juga di mata masyarakat umum," papar Hanif. 

Citra yang kurang baik itu adalah serikat pekerja saat ini identik dengan aksi demo yang sering menimbulkan kemacetan yang mengganggu. "SP harus memperbaiki 'image', jangan sedikit-sedikit demo, ini 'image'-nya jadi negatif," ujar Menaker. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement