REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor pertanian Indonesia kembali menunjukkan kinerja yang positif dengan peningkatan yang signifikan pada transaksi ekspor ke Vietnam. Berdasarkan data yang dirilis oleh KBRI Hanoi, tiga produk pertanian utama yang diekspor ke Vietnam adalah pupuk, pakan ternak dan bahan-bahan pakan ternak, serta kacang mete.
Hanya untuk Februari 2017 saja, tiga produk tersebut telah mendatangkan devisa bagi Indonesia sebesar 25,03 juta dolar AS. Nilai ini meningkat hingga 49,9 persen atau setara 8,33 juta dolar AS bila dibandingkan nilai ekspor pada Februari 2016 yang sebesar 16,7 juta dolar AS .
Menurut Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Agung Hendriadi, pakan ternak masuk dalam kategori produk ekspor Indonesia ke Vietnam yang meningkat secara signifikan. Seperti yang disampaikan oleh Minister Counsellor KBRI Hanoi Suryana Sastradiredja, ekspor pakan ternak dan bahan ternak pada Februari 2017 meningkat hingga 244,3 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya .
“Ekspor pakan ternak ke Vietnam mencapai 8,37 juta dolar AS. Nilai ini jauh meningkat dibandingkan Februari 2016 yang tercatat hanya 2,43 juta dolar AS,” kata Agung mengutip keterangan pers resmi yang dikirim Suryana Sastradiredja dari KBRI Hanoi.
Agung melanjutkan, produk pertanian lainnya yang juga meningkat secara signifikan adalah pupuk. Ekspor pupuk Indonesia ke Vietnam pada Februari 2017 sebesar 9,49 juta dolar AS atau meningkat 101,74 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang senilai 4,7 juta dolar AS.
Untuk meningkatkan kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Vietnam di semua sektor, kata Agung, selama Maret tahun ini tim KBRI Hanoi telah menemui perusahaan dan agen perjalanan wisata di Hanoi dan sekitarnya. Salah satu perusahaan yang ditemui oleh KBRI Hanoi adalah perusahaan di bidang ekspor/impor produk pertanian dan perikanan.
Menurut Agung, Sastradiredja mengharapkan pertemuan tersebut dapat memudahkan pihaknya untuk mendapatkan informasi dan mengidentifikasi kebutuhan dan peluang bisnis. Di samping itu, pertemuan juga diharapkan dapat menghubungkan dengan mitra yang sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan para pelaku usaha dari kedua negara.