REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Masyarakat Jawa Tengah boleh berbangga, Bank Jateng baru-baru ini mendapatkan pengakuan sekaligus penghargaan Satria Brand Award (SBA) 2017, sebagai pelopor kredit dengan bunga rendah.
Namun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ini disarankan untuk terus meningkatkan performa dan kualitas pelayanannya dengan membidik potensi nasabah yang lain, di luar pegawai negeri sipil (PNS).
“Di luar golongan PNS, sebetulnya masih terbuka potensi nasabah lain yang bisa dibidik Bank Jateng,” ungkap anggota Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Tengah, Jamaluddin, di Semarang, Jumat (28/4).
Jamal mengatakan, yayasan dan perusahaan besar di Jawa Tengah cukup banyak. Potensi ini akan bisa memberikan kepercayaan investasinya, jika pengelolaan internal di Bank Jateng juga baik.
Untuk itu, momentum penghargaan ini --ada baiknya-- dijadikan Bank Jateng untuk segera melakukan perbaikan internal. “Sehingga hasil pemeriksaan BPK pada Bank Jateng, selanjutya bisa lebih baik,” ungkapnya.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Tengah ini menambahkan, dengan penghargaan tersebut seharusnya jangan membuat jajaran direksi Bank Jateng terlena. Karena masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan guna perbaikan performa ke depan.
Salah satunya catatan BPK tahun 2016, berkaitan dengan pemutihan kredit macet Bank Jateng di Cabang Jakarta. Pencairan atas agunan tersebut masih bisa dilakukan, sehingga dapat mengurangi angka resiko kerugian yang harus ditanggung.
“Saya ucapkan selamat kepada Bank Jateng atas kerja kerasnya, sehingga mendapatkan berbagai penghargaan. Termasuk juga telah disahkannya Keputusan Dirjen Perbendaharaan No.KEP-164/PB/2017, berkaitan dengan penunjukan Bank Jateng sebagai bank payroll,” kata Jamal.
Sebab penunjukkan Bank Payroll ini juga atas lolosnya Bank Jateng dari segikelayakan teknologi informasi. “Namun beberapa saran ini merupakan masukan agar performa Bank Jateng semakin lebih baik di masa mendatang,” tambah Jamal.