REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirdjoatmodjo mengungkapkan, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatat rasio kredit bermasalah atau Nonperforming Loan (NPL) kuartal pertama 2017 mencapai 3,98 persen. Angka tersebut meningkat sebesar 80 basis points atau 0,80 persen dibandingkan periode yang sama pada 2016 sebesar 3,18 persen.
''Sementara, batas aman NPL yang ditentukan Bank Indonesia (BI) tercatat hanya 5 persen,'' ucap Kartika, di Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa (25/4).
Menurut dia, kenaikan NPL gross disebabkan adanya pelemahan kinerja sektoral yang menghambat kemampuan pelunasan kredit. Ia mencontohkan, perusahaan yang mengalami hambatan adalah perusahaan air minum, baja, kertas. Menurutnya, penyebab hambatan perusahaan beragam, terutama segmen konsumer baja, karena persaingan barang impor dan permintaannya melemah.
Kartika mengklaim, rasio kredit macet tersebut telah mengalami perbaikan dibanding kuartal IV 2016, di mana NPL gross Bank Mandiri sempat menyentuh angka 4 persen
Ia menilai, walaupun secara tahunan NPL gross naik 80 bps, nilainya relatif membaik apabila dibandingkan posisi Desember tahun sebelumnya. Dia menyatakan, perbaikan fundamental perekonomian Indonesia pada 2017 dapat memperbaiki rasio NPL, dan menargetkan perbaikan NPL di tahun ini ke angka 3,5 persen.
Baca juga: Bank Mandiri Bukukan Laba Bersih Rp 4,1 Triliun di Kuartal I 2017