REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ekonom Universitas Indonesia Rizal E Halim menilai, kinerja perbankan nasional di kuartal I 2017 masih dibayangi oleh sejumlah ketidakpastian. Meski demikian, kondisi itu dinilainya pola yang berulang tiap tahun.
''Hanya memang kondisi kuartal I 2017 pertumbuhan kredit relatif melambat 8,4 persen,'' kata Rizal, saat dihubungi Ahad (16/4).
Menurut dia, perlambatan kredit ini disebabkan oleh konsolidasi yang sementara berjalan di pasar. Di sisi lain, respons pasar juga masih beragam setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat.
Selain itu, kata dia, permintan kredit saat ini relatif melemah karena belum ada sentimen positif dari sejumlah kebijakan. ''Mudah-mudahan ada kebijakan penurunan suku bungga dan pelonggran skema kredit di tengah likuiditas yang melimpah,'' ucap dia.
Ia menyatakan, ada kemungkinan kinerja perbankan kembali naik, dengan catatan ada stimulus pasar. Sebelumnya, Bank Indonesia merilis hasil survei perbankan kuartal I 2017. Hasilnya, kinerja perbankan melambat sesuai pola historis awal tahun dan diproyeksikan baru meningkat pada awal kuartal II tahun ini. Kondisi itu terindikasi dari penurunan saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru menjadi 52,9 persen. Sebelumnya pada kuartal IV 2016 mencapai 85,6 persen.