Jumat 14 Apr 2017 17:27 WIB

Pemerintah Harus Kejar Kembali Investasi dari Arab Saudi

Rep: Debbie Sutrisno‎/ Red: Andi Nur Aminah
Executive Director Center Of Reform On Economics (CORE Indonesia) Mohammad Faisal
Foto: ROL/FAkhtar Khairon Lubis
Executive Director Center Of Reform On Economics (CORE Indonesia) Mohammad Faisal

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menilai bahwa investasi yang dilakukan pemerintah Arab Saudi ketika Raja Salman datang ke Indonesia, masih sangat kecil. Jumlah investasi Rp 89 triliun, kalah jauh dengan investasi yang dilakukan di Cina sebesar Rp ‎870 triliun.

Research Director at Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia‎ Mohammad Faisal mengatakan, Pemerintah Indonesia t‎idak bisa berharap banyak pada investasi pemerintah dan kalangan pelaku usaha dari Arab Saudi. Kondisi perekonomian yang tengah melemah, termasuk dengan harga minyak yang sempat anjlok membuat para investor Arab Saudi akan melihat peluang investasi yang lebih meyakinkan, dan memberikan pemasukan secara pasti.

"Ekonomi mereka sedang berkontraksi. Jadi investor Arab Saudi akan melihat investasi yang mendatangkan hasil cepat dan besar," kata Faisal kepada Republika.co.id, Jumat (14/4).

Cina, lanjut Faisal, tengah mengubah sistem perekonomian bukan hanya dari sektor manufaktur. Negeri Tirai Bambu juga mulai bermain di sektor jasa. Dengan perekonomian yang lebih tinggi, wajar jika investor termasuk dari Arab Saudi berani menanamkan uangnya di negara tersebut.

Meski demikian, Pemerintah Indonesia sebenarnya belum sepenuhnya kehilangan investasi tersebut. Faisal menilai Indonesia hanya kurang dari sisi promosi, baik sektor yang layak diinvestasikan maupun regulasi yang telah diperbaiki.

Perekonomian Indonesia yang mulai merangkak sebenarnya bisa menjadi daya tarik investor asing. Banyakan sektor perekonomian baik minyak dan gas (migas), perikanan, perkebunan, dan sektor lain seharusnya bisa dijadikan alat bagi pemerintah meyakinkan investor asing bahwa Indonesia merupakan surga investasi. Tinggal bagaimana cara mempromosikannya kepada pihak luar bahwa Indonesia merupakan negara yang layak mendapat suntikan dana segar.

"Kunjungan sekali itu masih kurang. Kita masih harus mengkomunikasikan sektor yang memang menjanjikan," ungkap Faisal.

Minyak misalnya, melimpahnya minyak bumi di Indonesia sejuah ini belum terberdayakan secara maksimal. Dengan keahilan Arab Saudi di sektor ini, seharusnya banyak investor yang tertarik menggarap sektor tersebut. Meski harga minyak saat ini masih lemah, tapi di kemudian hari komoditas ini bisa melambung dan memberikan keuntungan besar bagi investor.

Sedangkan di sisi regulasi, Indonesia telah berupaya memperbaiki dan mederegulasi peraturan yang dianggap akan menghambat laju perekonomian. Hal ini pun perlu dikomunikasikan, agar investor dari Arab Saudi tahu bahwa Indonesia serius dalam mengembangkan perekonomian negara.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement