Senin 10 Apr 2017 22:14 WIB

Pengamat: Integrasi Tol Jakarta-Merak Harusnya Kurangi Antrean

Jalur tol Tanggerang-Merak. Ilustrasi
Foto: Republika/Wihdan
Jalur tol Tanggerang-Merak. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, kebijakan integrasi transaksi tol Jakarta - Tangerang dengan Tangerang-Merak seharusnya justru bisa mengurangi antrean kendaraan di gerbang tol Karang Tengah.

"Sebelum dilakukan integrasi transaksi, khususnya di gerbang tol Karang Tengah diwarnai kemacetan baik dari arah Jakarta maupun Tangerang terutama saat jam sibuk, namun dengan adanya integrasi sistem transaksi tol Karang Tengah lancar," kata Djoko saat dihubungi, Senin (10/4).

Kalaupun dalam integrasi transaksi tol Jakarta -Merak ini masih terjadi antrian di gerbang transaksi, maka perlu adanya penambahan kapasitas gerbang transaksi, jelas Djoko yang juga Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia.

Penambahan gerbang tol transaksi juga dapat dilakukan berkerja sama dengan pemerintah daerah maupun pengembang yang lahannya harus dipakai, karena tujuannya agar lalu lintas tetap lancar, jelas Djoko.

Djoko mengatakan dengan perubahan sistem pembayaran dari sistem tertutup menjadi terbuka di ruas Tangerang - Cikupa membawa konsekuensi terjadi antrian di gerbang tol yang ada transaksinya, sehingga kapasitas harus ditingkatkan di antaranya dengan sistem transaksi elektronik.

Kemudian bagi pengguna jalan yang menempuh rute dekat disarankan tidak lagi menggunakan jalan tol untuk menghindarkan antrean, karena dalam sistem ini jauh dekat akan dihitung sama Rp 7000, jelas Djoko.

Ketua Institut Transportasi Indonesia (Instrans) Darmaningtyas menilai perubahan sistem transaksi di ruas Tol Jakarta-Tangerang-Merak akan efektif menjadi solusi mengatasi kemacetan jika dibarengi penggunaan transaksi elektronik.

Masyarakat harus didorong menggunakan transaksi nontunai bisa menggunakan kartu elektronik atau yang terkini memanfaatkan perangkat on board unit (OBU)

"Integrasi transaksi ini bisa menjadi solusi mengatasi lalu-lintas jalan tol yang padat, dengan catatan sistem dan sifat transaksinya diubah. Kalau tidak, ya hanya memindahkan kemacetan di gerbang transaksi lainnya," katanya.

Ia menyebutkan dari beberapa kali risetnya, ditemukan fakta jika pengguna jalan tol membayar secara tunai di gerbang tol dengan uang yang tidak pas sesuai tarif atau perlu kembalian maka dibutuhkan waktu transaksi 7 detik.

Sedangkan jika menggunakan kartu elektronik hanya membutuhkan waktu 2-3 detik saja. "Coba kita hitung dengan selisih waktu transaksi yang mencapai 4-5 detik itu dikalikan sekian ratus ribu kendaraan yang lewat saat bersamaan. Pasti akan terjadi kemacetan," kata dia.

Oleh karena itu, penggalakan pemakaian kartu elektronik dalam bertransaksi di gerbang tol harus diintensifkan.

Kemudian, kepada kalangan industri mobil harus diminta agar mobil-mobil baru buatan mereka sudah dipasangi OBU. Dengan begitu kendaraan cukup lewat saja untuk melakukan transaksi, ujar dia.

Selain perubahan sifat dan sistem transaksi secara non tunai, pengintegrasian transaksi juga perlu dibarengi penambahan gerbang transaksi di sejumlah titik yang menjadi tujuan pengguna jalan tol.

Sebab, keberadaan gerbang baru itu akan semakin memperlancar lalu-lintas baik yang akan keluar atau masuk jalan tol, kata dia. "Jalan Jakarta - Tangerang-Merak ini sangat penting bukan hanya bagi mobilitas masyarakat dalam konteks sosial, tetapi juga ekonomi. Di jalan tol ini angkutan barang dari Merak ke Tanjung Priok dan sebaliknya sangat tinggi volumenya. Belum lagi angkutan barang milik industri di sejumlah kawasan industri di Banten," papar Darmaningtyas. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement