REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, Pelabuhan Tanjung Priok akan menjadi hub internasional melalui intensifikasi transhipment dengan direct call (pelayaran langsung) jarak jauh. Budi menjelaskan upaya tersebut sejalan dengan langkah Pemerintah agar kapal-kapal besar bersandar di Pelabuhan Indonesia.
"Pertama, bagaimana kita mengumpulkan barang-barang yang ada di seluruh indonesia. Kedua, bagaimana kita mengefisiensikan biaya-biaya yang ada. Ketiga, bagaimana kita mempersingkat proses kerja di sini," jelas Budi di Jakarta, Ahad (10/4).
Lebih lanjut, ia menyampaikan Kementerian Perhubungan, Bea Cukai, Pelabuhan, Syahbandar, dan pihak terkait melakukan efisiensi. Apabila kapal-kapal besar sering datang dan tambah banyak, berarti efisiensi yang dilakukan berhasil. Budi juga berpesan agar Pelindo II dapat meningkatkan efisiensi dan sinergitas baik secara internal maupun eksternal, agar kebanggaan, efisiensi dan produktivitas meningkat.
Untuk pertama kalinya, Pelabuhan Tanjung Priok dilayari oleh kapal besar dengan kapasitas 8500 TEUs yang direncanakan memiliki weekly call (sandar mingguan). Kehadiran kapal kontainer tersebut merupakan hasil kerjasama PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)/IPC dengan perusahaan pelayaran asal Perancis, Compagnie Maritime d'Affretement - Compagnie Generali Maritime (CMA-CGM).
CMA-CGM membuka service baru, yakni Java South East Asia Express Services/ Java SEA Express Services/ JAX Services. Service ini akan melayani rute Pelabuhan Tanjung Priok ke West Coast (LA & Oakland) Amerika Serikat dengan menggunakan kapal berkapasitas 8.500 TEUs.
Ia juga menjelaskan Trial Inspection Kapal CMA-CGM Titus hari ini untuk mempersiapkan inagurasi oleh Presiden Joko Widodo yang direncanakan akan dilaksanakan pada 23 April 2017 mendatang.
"Tanggal 23 April kita akan mengundang Bapak Presiden ke dermaga JICT, karena ada pengangkutan dengan jumlah logistik yang sangat signifikan. Ini akan secara intensif kita lakukan. Kita akan efisiensikan rupiah-rupiah yang tercecer di sini, supaya pengangkutan menjadi lebih murah. Kita juga ingin mengumpulkan barang-barang dari banyak pelabuhan agar transhipment di Tanjung Priok meningkat," jelas Budi.
Jumlah bongkar muat perdana untuk diangkut ke Amerika Serikat adalah sebanyak 2.300 TEUs dengan komoditas barang ekspor-impor di mana sebagian dari muatan sebanyak 22 persen diantaranya merupakan barang-barang hasil transhipment dari sejumlah pelabuhan domestik di Indonesia. Aktivitas bongkar muat direncanakan selesai dalam waktu 24 jam dengan menggunakan empat unit Gantry Luffing Crane (GLC).
Sementara Direktur Utama IPC, Elvyn G. Masassya berharap kehadiran kapal raksasa dapat memicu hadirnya kapal-kapal raksasa lainnya singgah di Pelabuhan Tanjung Priok.
"Kami berharap kapal-kapal raksasa lainnya singgah di Tanjung Priok, agar sesuai dengan harapan Pemerintah, Tanjung Priok benar-benar dapat menjadi pelabuhan transhipment besar di kawasan Asia," ujar Elvyn.