REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pemerintah akan melakukan rapat koordinasi untuk menyikapi tuduhan curang Amerika Serikat kepada Indonesia yang nilai perdagangannya surplus terhadap AS.
"Nanti sore, kita ada rapat koordinasi yang akan dipimpin Pak Menko Perekonomian (Darmin Nasution), dan saya akan ikut, untuk melihat dari sisi kita secara lebih komprehensif," kata Menlu Retno di Jakarta, Kamis (6/4).
Pada Senin (3/4), Kementerian Dalam Negeri AS mengeluarkan daftar 16 ekonomi atau negara yang dirasa memiliki hubungan perdagangan tidak seimbang dengan Negeri Paman Sam tersebut. Indonesia berada di nomor urut 15 dengan surplus perdagangan sebesar 13 miliar dolar AS terhadap Amerika Serikat. "Mungkin di satu sisi kita surplus, dan yang dibahas ini adalah trade in goods (barang), bagaimana dengan trade in services (jasa), dan lain-lain," kata Retno. "Di sisi lain, mungkin kita defisit, jadi kita harus melihat semua sisi secara komprehensif," kata dia.
Menurut Menlu Retno, selama ini pemerintah Indonesia dalam melihat hubungan perdagangan dengan negara lain selalu memperhatikan azas saling menguntungkan dan aturan-aturan internasional dalam bidang perdagangan, salah satunya Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). "Jadi anggota WTO harus tunduk pada aturan-aturan WTO, dan sekali lagi hubungan itu harus saling menguntungkan," kata dia.
Sebelumnya, Menlu juga telah memanggil Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph Donovan untuk mendiskusikan masalah perdagangan bilateral itu. Dalam daftar yang dikeluarkan Kementerian Keamanan Dalam Negeri Amerika tersebut, perdagangan AS defisit paling besar terhadap Cina sebesar 347 miliar dolar AS, diikuti berturut-turut Jepang, Jerman, Meksiko, Irlandia, Vietnam, Italia, Korea Selatan, Malaysia, India, Thailand, Prancis, Swiss, dan Taiwan.
Sementara itu, di bawah Indonesia atau nomor urut 16 adalah Kanada dengan surplus sebesar 11 miliar dolar AS.