Selasa 04 Apr 2017 07:42 WIB

Ini yang Perlu Dilakukan Agar Keuangan Syariah Terus Berkembang

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Budi Raharjo
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad menyampaikan sambutannya saat meluncurkan Forum CEO SIKOMPAK Syariah di Jakarta, Senin (3/4).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad menyampaikan sambutannya saat meluncurkan Forum CEO SIKOMPAK Syariah di Jakarta, Senin (3/4).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad menegaskan perlunya terobosan produk dan komitmen dari pelaku usaha industri jasa keuangan agar keuangan syariah terus berkembang.

Pada tahun ini akselerasi keuangan Syariah akan terus didorong oleh OJK. Menurutnya, untuk akselerasi harus ada strategi yang tepat dan komitmen yang kuat.

"Kalau business as usual, biasa saja, tidak terlihat perkembangan yang meyakinkan. Oleh karena itu perlu pemikiran bersama di tengah tantangan yang dihadapi apakah persaingan, kemampuan keuangan, dan sosialisasi ke berbagai pihak tetap diperlukan," ujar Muliaman D Hadad saat peluncuran Forum CEO SIKOMPAK Syariah di Jakarta, Senin (3/4).

Muliaman menuturkan, produk syariah memiliki fitur yang lebih bervariasi dan banyak. Sebab, keuangan syariah per definisi tidak hanya dapat berperan sebagai commercial bank, tapi juga investment, sehingga hasanah ini harus dimanfaatkan secara tepat dan dapat mengembangkan keuangan syariah.

Dari sisi komitmen, pelaku industri keuangan syariah harus berkomitmen kuat agar dapat memberikan ruang untuk berkembang. Pendekatan koordinasi diharuskan untuk saling mendorong satu sama lain. Apalagi produk keuangan saling berkaitan dan mendorong industri keuangan syariah, asuransi dorong perbankan syariah.

"Ke depan kita harus mengedepankan semangat berjemaah. Forum komunikasi industri keuangan syariah tidak hanya perbankan tapi juga yang lain," kata Muliaman.

Muliaman menuturkan, menurut laporan Thomson Reuters dalam “State of the Global Islamic Economy 2016-2017 Report” disebutkan bahwa secara global aset keuangan syariah pada tahun 2015 mencapai 2 triliun dolar AS dan diperkirakan akan menjadi sebesar 3,5 triliun dolar AS pada tahun 2021. Berdasarkan laporan tersebut, Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia ternyata hanya menempati urutan ke sembilan dalam Top 10 Islamic Finance Asset.

Meskipun demikian, diyakini bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar sebagaimana disebutkan dalam Global Islamic Finance Report 2016 bahwa bersama dengan Uni Arab Emirates (UAE), Kuwait, Bahrain dan Qatar, Indonesia dikelompokan sebagai emerging leaders, yaitu negara-negara yang memiliki potensi besar untuk mempengaruhi keuangan syariah global.

"Mudah-mudahan titel emerging leaders ini bisa membuat kita bersemangat untuk mengejar perkembangan industri keuangan Syariah," kata Muliaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement