Jumat 31 Mar 2017 16:15 WIB

Percakapan Whatsapp Jadi Celah Kejahatan Keuangan di Wall Street

Rep: Lida Puspaningtyas/Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Bursa saham di Wall Street
Foto: AP
Bursa saham di Wall Street

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Orang-orang Wall Street punya cara baru untuk berbagi 'rahasia'. Mereka menggunaan aplikasi pesan terenkripsi untuk menyebarkan gosip, informasi, hingga data klien.

Penggunaan aplikasi pesan terenkripsi ini telah dinilai meningkatkan potensi pelanggaran. Meski demikian, aktivitas tak termonitor itu tetap menjamur. Mulai dari orang perbankan hingga manager keuangan menggunakannya dengan mudah dan tanpa rasa bersalah. Secara teknis, karena penggunaan aplikasi ini tidak akan terlacak secara virtual, sehingga bos pun tidak tahu.

Aplikasi-aplikasi yang digunakan semisal WhatsApp dan Signal. Mereka tak hanya bisa menghindari bos tapi juga petugas HR. Padahal, menurut karyawan, perusahaan sedang berupaya menangani aktivitas komunitas tak termonitor.

Baru pekan ini, mantan bankir Jefferies Group didenda di Inggris karena berbagi data penting melalui Whatsapp. Sehingga perusahaan lain dinilai perlu mengambil langkah konkret untuk mencegah kesalahan yang sama. Penggunaan aplikasi pesan seperti ini meningkatkan kekhawatiran. Seperti memungkinkan perilaku sembrono terus dilakukan karena mustahil bagi polisi melacak pelanggaran. Bisa saja pelaku melakukan manipulasi ataupun kecurangan.

"Kami melihat dalam penyelidikan bahwa dasar-dasar telah berubah dan teknologi menjadi penyebab besarnya," kata mantan kepala cabang SEC, William McGovern.  

Untuk menanggulangi hal ini, peraturannya telah jelas. Menurut Securities and Exchange Commission and the Financial Industry Regulatory Authority, perusahaan finansial harus merekam semua komunikasi bisnis. Tak peduli seberapa pun tidak penting.

Peraturan ini berlaku untuk semuanya, termasuk pengatur aset. Perwakilan untuk bank-bank Wall Street, termasuk Goldman Sachs Group Inc, Bank of America Corp and Citigroup Inc mengatakan, telah memberlakukan sejumlah kebijakan untuk mencegah komunikasi tak termonitor.

Mereka juga menghindari memberikan akses pada informasi penting. Mereka secara rutin memeriksa surat elektronik dan percakapan di perangkat perusahaan. Perusahaan tidak jarang melarang penggunaan ponsel pribadi dan layanan pesan di lantai bursa.

Selain itu, mereka mengharuskan karyawan menandatangani kesepakatan larangan berkomunikasi tak terlacak saat kerja. Pada Januari, Deutsche Bank AG melarang pesan teks dan aplikasi Whatsapp dan iMessage digunakan saat bekerja.

Pada Bloomberg, sejumlah karyawan mengatakan, kebijakan itu biasanya dilanggar. Penggunaan ponsel pribadi saat kerja juga sudah jadi hal biasa. Tidak ada yang akan bicara atau melapor sehingga tidak ada yang takut kehilangan pekerjaan.

Sejumlah karyawan di salah satu pengelola dana membuat grup percakapan Whatsapp yang secara rutin membagikan data pasar. Hal itu diungkap seseorang yang langsung berhubungan dengan masalah bersangkutan. Grup tersebut dinilai berguna jika ada gerakan besar di pasar dan bagi manager yang butuh peringatan secepatnya.

Untuk hal yang lebih sensitif, mereka menggunakan Signal. Aplikasi tersebut bisa menghapus pesan baik dari pengirim dan penerima dalam waktu lima detik.

Ahli di bidang kepatuhan mengungkapkan kadang, penggunaan ponsel pribadi bisa ditafsirkan sebagai masalah hukum. Setidaknya satu bank investasi memiliki karyawan pemasaran yang secara rutin mengirimkan tangkapan layar dari percakapan, yang menunjukkan posisi kontrak investasi kolektif privat (hedge fund) kepada klien lain untuk mendapatkan lebih banyak pesanan.

Kamis lalu, regulator Inggris mengungkapkan mereka mendenda Christopher Niehaus yang bekerja di perusahaan Jefferies sekitar 46 ribu dolar AS karena membagikan informasi penting klien lewat Whatsapp saat berkelakar dengan kenalan pribadi dan teman. Kasus lainnya, pada Desember tahun lalu, Novnoor Kang, manajer keuangan yang mengelola 50 juta dolar AS investasi dana pensiun New York, didakwa telah menerima suap 180 ribu dolar AS dari dua tenaga pemasaran obligasi. Suap itu termasuk jam tangan bernilai 17.400 dolar AS, prostitusi, dan kokain sebagai imbalan untuk bisnis yang menghasilkan komisi jutaan dolar. Menurut surat dakwaan, Kang dan seorang tenaga pemasaran, Gregg Schonhorn, menggunakan Whatsapp dalam upayanya menghindari komunikasi dimonitor penegak hukum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement