Kamis 30 Mar 2017 02:49 WIB

Kepesertaan Asuransi Pertanian Terus Didorong

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Budi Raharjo
Petani memanen tanaman padi yang terendam banjir di persawahan Gempolsari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (19/2)
Foto: Antara/Umarul Faruq
Petani memanen tanaman padi yang terendam banjir di persawahan Gempolsari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (19/2)

REPUBLIKA.CO.ID,UNGARAN -- Tingginya potensi bencana alam di wilayah Kabupaten Semarang jamak mengakibatkan petani di daerah ini mengalami gagal panen. Untuk itu para petani didorong untuk mengikuti program asuransi pertanian.

Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Semarang, Urip Triyoga mengatakan, dengan mengikuti asuransi pertanian, para petani akan terhindar dari kerugian akibat gagal panen yang dosebabkan oleh faktor cuaca. Ia mencontohkan, tahun ini sejumlah petano di wilayah Kecamatan Tuntang, Banyubiru dan Kecamatan Ambarawa harus merugi akibat gagal panen, menyusul meluapnya Rawapening.

Oleh karena itu, kepesertaan asuransi pertanian dapat menyelamatkan para petani dari kerugian yang lebih besar akibat gagal panen. “Untuk lahan pertanian di tiga kecamatan ini memang langganan banjir. Apalagi beberapa bulan terakhir intensitas hujan memang cukup tinggi,” katanya di Ungaran, Rabu (29/3).

Ia juga menjelaskan, persyaratan untuk mengikuti asuransi pertanian memang mensyaratkan petani harus memiliki luas lahan minimal satu hektare. Hingga saat ini, kepsertaan asuransi pertanian ini telah mencapai 2.000 hektare sawah di Kabupaten Semarang. Premi yang harus dibayar setiap bulannya hanya Rp 35 ribu per hektare.

Apabila dalam satu tahun terjadi gagal panen, maka pihak asuransi akan memberikan ganti rugi sebesar Rp 6 juta per hektare. Menurut Urip, Asuransi Pertanian ini akan sangat membantu petani yang lahan sawahnya menjadi langganan banjir bila memasuki musim penghujan.

Yang menjadi persoalan, kesadaran petani untuk menjadi peserta asuransi pertanian ini masih sangat rendah. Padahal asuransi ini akan sangat membantu para petani. "Untuk itu, Dinas Pertanian Perikanan dan Ketahanan Pangan alan terus melakukan sosialisasi dan upaya perluasan cakupan asuransi pertanian ini," tambah Urip.

Sementara itu, meski ratusan hektare lahan persawahan sejumlah kecamatan terdampak bencana banjir, hingga saat ini tak banyak berpengaruh terhadap ketahanan stok pangan di daerahnya. Saat ini stok beras di Kabupaten Semarang masih mengalami surplus beras hingga mencapai 30 ribu ton. Namun, dampak musim yang tak menentu bagi pertanian tetap diwaspadai.

Salah satunya mendorong petani untuk mengikuti asuransi pertanian. Dinas Pertanian Perikanan dan Ketahanan Pangan akan membantu para petani untuk mendaftar secara kolektif.

Urip berharap, dengan kepesertaan asuransi ini para petani tidak akan mengalami kekhawatiran terhadap ancaman gagal panen. "Karena sudahbterlindungi dengan asuransi," tambahnya.

Terpisah, Kepala Desa (Kades) Bejalen Kecamatan Ambarawa, Nowo Sugiarto mengatakan, akibat jamak dilanda banjir, para petani di desanya kini banyak yang beralih profesi. "Karena puluhan hektare sawah di wilayah kami sering kebanjiran, maka banyak petani yang beralih mata pencaharian menjadi nelayan rawa," katanya.

Ia menjelaskan, banjir yang melanda lahan pertanian ini disebabkan oleh meningkatnya elevasi air Rawapening. Pada musim hujan, debit air yang berhulu di sejumlah perbukitan dan gunung di sekitar Rawapening melonjak tajam.

Sungai- sungai ini bermuara di danau Rawapening. Idealnya peningkatan elvasi air ini harus dibarengi pengendalian debit air melalui pintu air Tuntang. Yang menjadi persoalan, jika pintu air Tuntang dibuka, dampaknya mengakibatkan banjir di kawasan DAS Tuntang yang ada di wilayah Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan.

"Di sana juga merendam lahan pertanian. Jadi persoalan inilah yang selama ini selalu dihadapi para petani di Desa Bejalen, yang berada di tepi Rawapening ini," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement