REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mulai menggarap pasar affluent di Indonesia. Hal ini mengingat jumlahnya yang mencapai puluhan juta orang dengan pendapatan mencapai puluhan juta rupiah.
Corporate Secretary Bank BTN Eko Waluyo mengatakan pasar affluent menempati porsi cukup besar dalam komposisi masyarakat di Indonesia. Dari kajian perseroan, jumlah masyarakat pada segmen affluent mencapai 70 juta orang dengan rata-rata penghasilan berkisar Rp 7 juta sampai Rp 30 juta per bulan.
"Kami melihat demand masih banyak. Saat ini kami masih menyasar mass market. Sedangkan segmen aflluent masih potensial," ujarnya melalui siaran pers, Selasa, (21/3). Ia menambahkan, BTN menggarap segmen tersebut dengan transformasi yang telah dan akan terus berlanjut.
Hingga akhir 2016, Eko menjelaskan BTN telah menyalurkan kredit ke hampir 4 juta debitur. Mayoritas debitur, merupakan mass market yang setingkat di bawah affluent market. Menurutnya, potensi jumlah affluent market di Indonesia menjadi pasar menarik. BTN membidik setidaknya 10 persen dari jumlah tersebut.
Untuk menggarap pasar ini, Bank BTN terus menggelar transformasi mulai dari bisnis, sumber daya manusia (SDM), dan infrastruktur. Dari segi bisnis, perseroan tengah menggenjot transformasi digital untuk menggarap pasar dalam negeri sekaligus mempersiapkan diri menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Transformasi digital sendiri telah digelar sejak 2015 dan ditargetkan rampung pada 2019 mendatang. Bank BTN juga telah meluncurkan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA), mempercepat proses bisnis, menggenjot layanan digital, dan membuka smart branch untuk menggarap segmen affluent market tersebut.
Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan saat ini Indonesia tengah mengalami bonus demografi yang telah berlangsung sejak 2012. Bonus demografi ini akan mencapai puncaknya pada 2028-2030 mendatang. Bagi perekonomian, BPS menilai, bonus demografi menyumbang hingga sepertiga dari pertumbuhan ekonomi.
"Kami meyakini transformasi yang kami lakukan mampu menggarap potensi dari aflluent market, generasi milenial, dan berkah bonus demografi yang tengah dinikmati Indonesia," tutup Eko.