Jumat 17 Mar 2017 19:53 WIB

Pemerintah Tegaskan tak Impor Beras Medium

Menteri Pertanian Amran Sulaiman (tengah), bersama Gubernur Papua, Lukas Enembe (kiri), dan petani operator melakukan panen dengan mesin Combine Harvester usai melakukan pelepasan ekspor perdana beras ke Papua New Guine di Distrik Tanah Miring, Kabupaten M
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Menteri Pertanian Amran Sulaiman (tengah), bersama Gubernur Papua, Lukas Enembe (kiri), dan petani operator melakukan panen dengan mesin Combine Harvester usai melakukan pelepasan ekspor perdana beras ke Papua New Guine di Distrik Tanah Miring, Kabupaten M

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Pemerintah menegaskan tidak akan melakukan impor beras medium lantaran produksi di dalam negeri berlimpah. Bahkan, saat ini pemerintah terus berupaya meningkatkan ekspor beras ke sejumlah negara tetangga.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi mengatakan, sejak tahun lalu hingga sekarang, pemerintah tidak melakukan impor beras umum (medium). “Sejak awal 2016 hingga kini Kementerian Pertanian tidak menerbitkan rekomendasi impor dan Kementerian Perdagangan juga tidak menerbitkan izin impor beras medium,” kata Agung di Jakarta, Jumat (17/3).

Agung melanjutkan, saat ini Indonesia justru sedang melakukan terobosan-terobosan guna melakukan ekspor beras ke luar negeri. Pada 2016 lalu, ekspor beras Indoensia naik 29 persen dibandingkan 2015. “Ekspor inilah yang akan kita tingkatkan terus,” ujarnya.

Menurut Agung, produksi gabah 2016 mencapai 79,3 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 44,4 juta ton beras. Jumlah itu jauh di atas kebutuhan konsumsi penduduk Indonesia yang sekitar 33 juta ton per tahun. Stok beras di gudang Bulog saat ini juga mencapai 1,7 juta ton alias cukup aman sampai tujuh bulan ke depan. Stok akan terus bertambah lantaran para petani tengah memasuki panen raya padi. 

“Ini artinya pangan kita sangat aman, jadi memang tidak perlu impor,” kata Agung.

Mengenai ekspor, Agungmenyatakan, bulan lalu Kabupaten Merauke, Papua sudah melakukan ekspor beras premium ke Papua Nugini dan memberikan bantuan kemanusiaan berupa beras sebanyak 5 ribu ton ke Srilanka. Indonesia pun sudah bekerja sama dengan Malaysia guna merencanakan akan ekspor beras organik dari Kalimantan ke Malaysia.

Secara umum kata Agung, impor pangan Indonesia semakin menurun. Tak hanya beras, namun juga komoditas lain seperti cabai segar, bawang merah konsumsi, dan jagung 2016. Penurunan impor terbesar terjadi pada jagung yang angkanya turun sampai 66,6 persen. Tahun ini pun pemerintah mengupayakan tidak akan impor jagung untuk pakan ternak karena produki melimpah.

“Jadi janganlah bicara tentang impor saja. Coba lihat nilai ekspor pertanian kita tahun 2016 jauh lebih tinggi dibandingkan impor, sehingga surplus. Neraca perdagangan kita tahun 2016 surplus 10,89 miliar dolar AS,” kata Agung.

Agung mengatakan, memang benar Indonesia impor beras jenis khusus pada Januari-Februari 2017 sebesar 14.473 ton. Impor terdiri dari gabah untuk benih sebesar 2.213 ton dan beras jenis pecah 100 persen untuk memenuhi kebutuhan khusus, seperti industri, penderita diabates, dan lainnya. 

“Kita tidak impor beras umum atau beras medium. Publik saat ini sudah mengetahui persis membedakan antara beras khusus dengan beras umum,” ujarnya.

Agung menegaskan, beras khusus tersebut tidak mengganggu kedaulatan pangan nasional karena porsinya sangat kecil sekali. Itu hanya 0,03 persen dan produknya pun berbeda dengan yang diproduksi petani kita,” kata Agung.

Dalam perdagangan global, Agung menanbahkan, ekspor impor beras khusus merupakan hal yang wajar. Apalagi, jenis beras yang diimpor tersebut merupakan beras khusus yang tidak diproduksi petani nasional. Sebaliknya, Indonesia pun juga melakukan ekspor beras premium dan organik ke negara lain yang tidak memiliki jenis beras premium yang diproduksi Indonesia.

“Soal produksi beras kita yang maju pesat saat ini sudah mendapatkan pengakuan FAO (Badan Pangan Dunia). FAO mengakui Indonesia sudah swasembada dan jelas kita tidak akan impor beras medium,” ujar Agung seraya menambahkan kini sudah waktunya semua berfikir dan bekerja keras untuk menjadikan Indonesia sebagai negara eksportir beras dan mewujudkan visi menjadi Lumbung Pangan Dunia 2045.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement