Jumat 10 Mar 2017 00:49 WIB

PT PAL Percepat Pengerjaan Kapal Cepat Rudal Pesanan Kemenhan

Rep: Binti Sholikah/ Red: Budi Raharjo
Acara seremonial Keel Laying di Bengkel Assembly Divisi Kapal Perang PT PAL Indonesia, Surabaya, Kamis (9/3).
Foto: Binti Sholikah
Acara seremonial Keel Laying di Bengkel Assembly Divisi Kapal Perang PT PAL Indonesia, Surabaya, Kamis (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- PT PAL Indonesia (Persero) mempercepat pengerjaan Kapal Cepat Rudal 60 meter (KCR-60M) pesanan Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Pembuatan kapal ini telah sampai tahap kedua yakni keel laying atau peletakan lunas kapal.

Totalnya, terdapat lima tahap dalam pengerjaan kapal tersebut. Tahap pertama yakni pemotongan plat pertama yang telah dilaksanakan pada 2 Februari 2017.

Direktur Pembangunan Kapal PT PAL Indonesia, Turitan Indaryo, mengatakan pada tahap keel laying ini telah mencapai target pembangunan kapal sebesar 38,09 persen. Tahap keel laying ini lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya dilaksanakan pada 28 April 2017.

Percepatan pembangunan kapal ini menggunakan sistem 4 starting point dengan pendekatan sistem modular, yakni enginee room, cargo hold, accomodation bridge, dan wheel house. Menurutnya, dulu kalau membangun kapal serial, misalnya 20 blok, maka dibangun satu per satu kemudian dirangkai sehingga jadinya lama.

Sekarang dijadikan empat zona, bangunan bawah dua dan atas dua. "Kami bangun bersamaan di tempat yang berbeda. Super struktur bangunan atas dari aluminium, lambungnya steel blade,” jelasnya kepada wartawan seusai seremonial Keel Laying di Bengkel Assembly Divisi Kapal Perang PT PAL Indonesia, Surabaya, Kamis (9/3).

Menurutnya, sistem modular tersebut sudah dibuktikan efisiensinya pada pembangunan kapal perang tipe SSV. Biasanya pembangunan kapal SSV membutuhkan waktu enam tahun. Melalui sistem modular, PT PAL hanya membutuhkan waktu dua tahun.

Sistem modular juga membutuhkan dukungan sumber daya manusia (SDM) lebih banyak. Turitan mengaku menambah SDM kontrak yang dipekerjakan sesuai kebutuhan.

“Jadi efisien waktu dan biaya. Kelebihan kapal yang ini kelasnya di-review load register, jauh lebih andal. Didesain untuk ombak tinggi, kan nanti operasionalnya di perbatasan,” imbuh Turitan.

Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemenhan, Laksamana Muda TNI Leonardi, mengatakan, sesuai kontrak pembangunan kapal direncanakan dua tahun. Serah terima direncanakan pada Juli 2018. Namun, diharapkan dua atau tiga bulan sebelum jadwal sudah diserahterimakan.

“PT PAL sudah punya kemampuan lebih baik dalam mengelola pembangunan kapalnya. Sehingga bisa dilaksanakan secara paralel. Kemampuan mempercepat semakin baik dengan kualitas tetap terjamin,” jelas Leonardi.

Menurutnya, tiga kapal yang dipesan sebelumnya telah ditempatkan di Komando Armada Indonesia Kawasan Timur (Armatim). Untuk pemesanan kapal tipe KCR-60M, Kemenhan menginvestasikan dana senilai Rp 665 miliar per unit.

KCR-60M ini merupakan kapal keempat yang dipesan Kemenhan kepada PT PAL. Pada kontrak pertama tahun 2014, Kemenhan telah memesan tiga kapal perang dengan tipe berbeda. Kontrak kedua ini hanya satu kapal. Pada kontrak selanjutnya, Kemenhan akan memesan tiga kapal lagi dengan tipe sama KCR-60M.

KCR-60M ini telah disesuaikan dengan keinginan TNI AL. Perbedaannya dengan kapal-kapal sebelumnya, terletak pada penambahan sistem senjata yang lebih terintegrasi  serta kemampuan stabilitas yang prima. Spesifikasi KCR-60M tersebut antara lain, panjang 60 meter, draft 2,5-2,6 meter (full load), bobot 500 ton, kecepatan patroli 15 knot, kecepatan jelajah 20 knot, kecepatan maksimal 25 knot, jarak jelajah 2.400 nM, ketahanan 5 hari, dengan mesin 2 x 5.100 BHP.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement