Senin 06 Mar 2017 17:06 WIB

Stok Garam Asal Karawang Kosong

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Winda Destiana Putri
Garam
Foto: blogspot.com
Garam

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Stok garam di kalangan petambak asal Kabupaten Karawang, kosong. Kekosongan tersebut, terjadi sejak empat bulan terakhir. Yakni, mulai Desember 2016. Kosongnya stok garam ini, disebabkan anomali cuaca sepanjang tahun kemarin. Sehingga, petambak tidak berbudidaya garam.

Darsono (36 tahun), petambak garam asal Desa Ciparage Jaya, Kecamatan Tempuran, mengaku, saat ini tidak ada garam sama sekali. Untuk memenuhi kebutuhan lokal, masyarakat harus membeli garam dari Indramayu dan Cirebon.

Namun, garam yang dikirim dari kedua wilayah juga stoknya mulai menipis. Selain itu harganya mahal, mencapai Rp 2.000 per kilogram. "Garam yang dibutuhkan masyarakat itu, untuk pengawetan ikan asin dan membuat pindang," ujarnya, kepada Republika, Senin (6/3). 

Menurut Darsono, selama 2016 petambak garam di Tempuran dan wilayah lainnya di Karawang gagal tanam. Sebab, tahun kemarin curah hujan sangat tinggi. Padahal, biasanya musim kemarau itu mulai April. Pada bulan Mei, petambak mulai bebenah untuk budidaya garam.

Lalu, puncak musim panas sekitar Agustus-September, petambak sudah bisa memanen hasil budidayanya. Akan tetapi, selama tahun kemarin areal budidaya tambak berubah menjadi sawah. Sebab, suplai airnya sangat melimpah. "Karena kami tidak berbudidaya, maka tahun ini tidak ada stok," jelasnya. 

Sementara itu, Ketua Forum Kelompok Komunikasi Garam Rakyat (FK-Kugar) Kabupaten Karawang, Aep Suhardi, mengakui, saat ini sudah ada tiga gudang garam dengan kapasitas 1.000 ton. Tujuan dibangunnya gudang ini, untuk menyimpan garam petambak saat musim panas. Ketika, musim hujan atau stok garam di lapangan habis, maka garam di gudang ini bisa dilepas. Dengan harapan, petambak bisa merasakan harga bagus. "Tetapi, gudang ini kosong melompong. Karena, selama 2016 petambak gagal tanam," ujarnya.

Pada tahun ini, lanjut Aep, diharapkan musim panas bisa datang dengan normal. Sehingga, pada April-Mei, petambak bisa bersiap untuk segera berbudidaya. Lalu, pada Agustus-September sudah bisa panen. 

Baca juga: Kelangkaan Garam di Sleman Belum Terasa

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement