Rabu 01 Mar 2017 01:56 WIB

Dosen Ekonomi Unissula Raih Doktor dengan Predikat Cum Laude

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Budi Raharjo
ilustrasi belajar
Foto: Republika/Mardiah diah
ilustrasi belajar

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Hendar SE MSi, resmi menjadi doktor ke-22 untuk fakultasnya. Kepastian gelar itu didapat setelah ia mengikuti ujian terbuka Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro (Undip) dan dinyatakan lulus dengan predikat cum laude.

Gelar ini semakin lengkap karena ia mampu menyelesaikan program doktoralnya tersebut terhitung dalam waktu 3 tahun 5 bulan dan 26 hari. Selama kurun waktu ini pula, ia juga telah memublikasikan empat penelitian di jurnal internasional terindeks Scopus. “Saya kira, ini merupakan sebuah prestasi yang membanggakan,” kata Prof Dr Agusty Tae Ferdinand selaku promotor.

Baginya, Hendar merupakan contoh pencari ilmu yang cepat dalam belajar, tekun, pantang menyerah serta berhasil lulus dan meraih gelar doktornya dalam waktu relatif singkat dan dengan predikat sangat memuaskan

Tak hanya itu, Hendar juga mampu memublikasikan empat penelitiannya dalam jurnal yang selama ini menjadi pusat data literatur penelitian ilmiah terbesar di dunia. “Bahkan Scopus juga menjadi entitas yang paling dikenal para peneliti dunia,” katanya.

Sementara itu, dalam ujian terbuka ini Hendrar menghadapi tim penguji yang terdiei atas Sentot Suciarto A PhD, Prof Vincent Didik Wiet Aryanto PhD, Dr Harry Sutanto MKes, Prof Dr Tatiek Nurhayati Harahap SE MM, Prof Dr Agusty Tae Ferdinand MBA dan Dr Suharnomo SE MSi.

Dalam kesempatan ini Hendar menyampaikan disertasi berjudul model keunggulan posisional religiosentris studi empirik pada usaha mikro kecil menengah (UMKM) busana Muslim di Jawa Tengah. Menurut dia, salah satu bisnis fashion yang menjanjikan adalah bisnis busana Muslim, namun demikian pertumbuhan yang baik dalam bisnis fashion ternyata tidak diimbangi dengan kinerja yang baik.

Khususnya pada pertumbuhan industri fashion skala mikro dan kecil. Bahkan pertumbuhan industri fashion hanya di sumbang oleh industri besar. “Sedangkan kontribusi industri kecil masih terbatas,” katanya.

Di antara temuan menarik dalam penelitiannya antara lain kesuksesan UMKM dalam jangka panjang di segmen pasar berbasis religi ditentukan oleh sejauh mana perusahaan mampu membangun keunggulan posisional religiosentrik.

Penting bagi pelaku UMKM senantiasa meningkatkan kesadaran bahwa agama memainkan peran sentral dalam membentuk sikap dan perilaku individu dan masyarakat. Dengan cara itu perusahaan dapat lebih fokus untuk menyediakan produk-produk dan layanan perusahaannya sebagai perusahaan yang religius di mata pelanggan.

Selain itu, juga ada lima hal yang perlu dilakukan yakni, pertama menciptakan kekhasan dalam pemosisian citra perusahaan religius. Kedua, menawarkan desain produk religi yang estetik. “Ketiga menwarkan produk religi yang fashionable. Keempat, patuh pada  norma-norma religi dan kelima relijius dalam display komunikasi pemasaran,” katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement