REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata Arief Yahya yakin kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin
Abdul Aziz al-Saud ke Indonesia pada 1-9 Maret dapat meningkatkan jumlah wisatawan asal Timur Tengah secara signifikan.
"Untuk kedatangan Raja Salman, beliau adalah endorser (penyokong) terbaik, kalau di bidang marketing utamanya adalah selebritis atau bisa tokoh-tokoh. Nah beliau ini tokoh dan ditokohkan di Timur Tengah," kata Arief di Kompleks Istana Presiden Jakarta, Selasa (28/2).
Raja Salman akan berada di Jakarta dan Bogor pada 1-3 Maret 2017, selanjutnya raja beserta 1.500 anggota delegasi, termasuk 10 menteri dan 25 pangeran melakukan kunjungan wisata di Bali pada 4-9 Maret 2017. Kedatangan Raja Arab Saudi terakhir ke Indonesia adalah pada 1970.
"Wisatawan mancanegara (wisman) dari Timur Tengah ke Indonesia sekitar 100 ribu orang, bandingkan dengan kunjungan ke Malaysia sebanyak 100-300 ribu orang, Thailand 600 ribu. Jadi kedatangan Raja Salman ini sangat menguntungkan untuk pariwisata Indonesia dan diharapkan kedatangan beliau akan meng-'endorse' wisman dari Timteng untuk datang ke Indonesia," ucap Arief.
Kedua, kunjungan tersebut menurut Arief juga dapat meningkatkan investasi Arab Saudi ke Indonesia di bidang minyak dan gas hingga perumahan rakyat.
"Untuk pariwisata mereka tertarik di Nusa Tenggara Barat dan Sumatera Barat dan kemarin saya baru dengar di Tanjung Kelayang di Belitung, dan kesempatan ini kita gunakan terus untuk melobi para investor dari Timur Tengah yang ikut delegasi Raja Salman," tambah Arief.
Kunjungan itu menurut Arief merupakan iklan gratis untuk mempopulerkan slogan pariwisata Tanah Air, "Wonderful Indonesia".
"Sekarang ada bahasa Arab 'Selamat Datang di Jakarta', 'Selamat Datang di Bogor' dan 'Selamat Datang di Bali' dan itu tidak hanya diputar di sini untuk menyambut beliau, tapi di media-media terutama di Al-Jazera, CNN," papar Arief.
Apalagi, menurut Arief, pengeluaran rata-rata wisman Timteng cukup tinggi yaitu rata-rata 1.750-2.000 dolar AS per kunjungan sehingga dapat meningkatkan devisa Indonesia dari sektor pariwisata.
"Kesempatakn kita sangat besar untuk mengalahkan Malaysia sehingga kunjungan menjadi 300 ribu orang (per tahun), itu relatif sangat mudah kalau kita bisa 'on track' ke Timteng. Kita hanya kurang promosi di sana, dan untuk menjadi 300 ribu orang itu tidak sulit karena hampir semua maskapai dari Timteng akan menambah penerbangan ke Indonesia baik itu Emirate, Qatar Airlines, Etihad, permintaan datang ke Indonesia sudah sangat tinggi," jelas Arief.
Secara khusus, Arief menyorot kawasan pariwisata Mandalika di NTB, di mana pemerintah punya tanah seluas 1.100 hektare, sedangkan di Sumatera Barat berada di sekitar pesisir Selatan kawasan Mandeh dengan luas kawasan sekitar 400 hektare yang bisa dibangun dengan kerja sama investor Arab Saudi.
"Bentuk kerja samanya nanti mereka sebagai investor, kita akan bangun kawasan ekonomi khusus seperti di Tanjung Kalayang Belitung, atau Tanjung Lesung banten atau Mandalika yang merupakan kawasan ekonomi khusus pariwisata," ungkap Arief.
Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sepanjang 2016 Arab Saudi hanya sebesar 900 ribu dolar AS. Nilai investasi tersebut menempatkan Arab Saudi di urutan ke-57, di bawah Afrika Selatan yang menanamkan modalnya sebesar 1 juta dolar AS dan Mali yang mampu menginvestasikan 1,1 juta dolar AS.