Selasa 28 Feb 2017 09:32 WIB

Swasta Diminta Ikut Terjun di Bisnis Pengolahan Padi Setelah Panen

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
 Petani menjemur gabah di pantai Pamayangsari, Kabupaten Tasikmalaya. Jawa Barat. (Republika/Edi Yusuf)
Foto: Republika/ Edi Yusuf
Petani menjemur gabah di pantai Pamayangsari, Kabupaten Tasikmalaya. Jawa Barat. (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pihak swasta dalam melakukan pengolahan pascapanen. Saat ini tingginya produksi padi membuat harga gabah di tingkat petani anjlok.

"Kita dorong Perpadi (Persatuan Penggilingan padi dan Pengusaha Beras Indonesia) invest dengan pengering tidak hanya lantai jemur," kata Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Pending Dadih Permana kepada Republika.co.id, Selasa (28/2).

Menurutnya, peluang bisnis di sektor pascapanen tersebut cukup besar tetapi belum banyak yang berminat terjun ke sektor tersebut. Upaya mendorong peran swasta, kata dia, lantaran pemerintah tidak ingin mengambil alih semua proses pertanian.

Tidak hanya Perpadi, pihaknya juga mendorong Bulog untuk terus memperbanyak mitra untuk dapat memanfaatkan sarana pengolahan mereka. Sarana pengolahan ini termasuk mesin pengering dan penggiling.

Meski Bulog telah memiliki sarana pengolahan, tetapi jumlahnya tidak cukup untuk mengakomodasi seluruh gabah hasi panen milik petani. "Saat ini kita dorong Bulog kaji investasi di infrastruktur prosesing," ujar dia.

Namun untuk saat ini adanya mitra akan membantu Bulog dalam melakukan pengeringan gabah petani. Saat ini harga gabah berada di bawah Rp 3.700 per kilogram Gabah Kering Panen (GKP) karena tingginya kadar air.

Sebenarnya bantuan alat pengering pernah diberikan sekitar 2012-2015 kepada gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang bekerja sama dengan penggilingan padi. Namun ada kendala yang membuat pengering tersebut tidak efektif. Di lapangan, antara petani satu dan lainnya tidak ingin menggabungkan gabah hasil panen mereka dengan alasan memiliki hasil panen yang lebih baik. "Panen 3 ton sedangkan kapasitas mesin 10 ton, kan tidak efektif," ujarnya.

Hal tersebut merupakan kendala sosial yang harus diperhatikan. Padahal, gabah mereka setelah dibeli swasta ataupun Bulog dijadikan satu berdasarkan kesamaan varietas. Kendala tersebut merupakan tugas dari penyuluh untuk segera diatasi guna memaksimalkan sarana pengolahan yang ada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement