Jumat 10 Feb 2017 17:38 WIB

Presiden Fokus Perbaiki Pertumbuhan Ekonomi

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Budi Raharjo
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sejumlah menteri di bidang perekonomian menghadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, dalam pertemuan ini dibahas terkait langkah-langkah meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Darmin menjelaskan, postur APBN 2016 memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena adanya pemotongan anggaran serta kondisi APBN yang dinilai kurang baik. Ia optimistis, pertumbuhan ekonomi pada 2017 inipun akan membaik dibandingkan tahun lalu.

"Bagaimana supaya APBN dampaknya di 2017 itu positif terhadap pertumbuhan. Kan 2016 memang dia dampaknya tidak positif karena ada pemotongan anggaran, karena memang situasi APBN-nya tidak bagus. Nah 2017 ini kita lihat dan kita yakin situasinya akan lebih baik. Sehingga tidak mungkin dia akan negatif lagi dampaknya terhadap pertumbuhan," kata Darmin di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat.

Menurut Darmin, Presiden meminta agar disiapkan kebijakan jangka pendek serta langkah lainnya untuk memperbaiki pertumbuhan ekonomi yang telah mencapai 5,02 pada 2016. Lebih lanjut, dalam pertemuan ini juga membahas terkait investasi dan juga inflasi.

Darmin mengatakan, pemerintah mengupayakan agar angka inflasi tak melebihi empat persen sehingga tingkat bunga tak naik. Dengan begitu, pemerintah bersama dengan OJK dan Bank Indonesia dapat mendorong angka bunga kredit menurun.

"Karena kalau inflasi meningkat di atas 4, maka sulit untuk membuat tingkat bunga itu lebih rendah. Sehingga pertumbuhan kreditnya pasti tidak akan bagus. Jadi yang ketiga adalah bagaimana mendorong bagaimana inflasinya tetap dalam range yang kita harapkan sehingga pertumbuhan kreditnya bisa double digit," ujarnya.

Selain itu, Presiden juga meminta agar memetakan industri apa saja yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan produksinya sehingga dapat memperbaiki kondisi ekspor Indonesia. Pangsa pasar komoditas ekspor pun menjadi perhatian Jokowi.

Darmin menyampaikan, pemerintah harus mencari pasar baru untuk melakukan ekspor, sebab, perekonomian di negara-negara besar yang menjadi tujuan ekspor selama ini masih belum pulih. Pangsa pasar baru ekspor yang dimaksud yakni seperti India, Pakistan, Iran, Nigeria, Afrika Selatan, dan lainnya.

"Negara-negara yang penduduknya di atas 50 juta dan penghasilannya cukup baik, artinya tidak di bawah kita, tidak ada yang di bawah kita itu, kemudian pertumbuhannya juga baik. Itu berarti kita punya potensi untuk mengembangkan ekspor yang baru, bukan sekadar yang ada," ujarnya.

Dengan upaya-upaya itu, Darmin meyakini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi 2017. "Kita melihat ya bisa bergerak di antara 5,4-5,7 persen bahkan mungkin 5,8 persen. Sehingga di 2018, cukup menjadi dasar mencapai pertumbuhan," kata Darmin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement