Kamis 02 Feb 2017 17:22 WIB

Indonesia-Jepang Implementasikan Penurunan Emisi Industri

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Nur Aini
Emisi CO2 menjadi salah satu penyebab suhu Bumi menjadi panas.
Foto: Reuters/Peter Andrews
Emisi CO2 menjadi salah satu penyebab suhu Bumi menjadi panas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia dan Jepang telah mengimplementasikan kerja sama penurunan emisi karbon industri. Ada 28 proyek penggunaan serta penukaran teknologi ramah lingkungan di berbagai sektor industri. Delapan proyek di antaranya sudah selesai dikerjakan.

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Affandi Lukman menjelaskan, kerja sama penurunan emisi karbon dimulai sejak 2013. Indonesia dan Jepang membentuk Joint Crediting Mecanism (JCM) atau mekanisme kredit bersama.

Melalui skema kerja sama tersebut, perusahaan Indonesia yang ingin menerapkan teknologi ramah lingkungan, akan mendapatkan dana hibah hingga 50 persen dari Jepang. Syaratnya, perusahaan Indonesia harus bermitra dengan perusahaan Jepang dalam mengerjakan proyek tersebut.

Rizal mengatakan, 28 proyek yang dikerjakan melalui JCM diperkirakan bisa menurunkan emisi karbon sebesar 300 ribu ton CO2 per tahun. "Saat ini kita menghasilkan emisi karbon sekitar 1.435 ton CO2 per tahun," kata Rizal saat berdiskusi dengan awak media di Jakarta, Kamis (2/2).

Kerja sama dengan Jepang dilakukan untuk mempercepat target penurunan emisi karbon. Rizal menjelaskan, Indonesia berkomitmen menurunkan emisi karbon hingga 26 persen pada 2020 secara mandiri dan 41 persen dengan dukungan internasional. Target tersebut merupakan komitmen Indonesia dalam Konferensi Internasional Perubahan Iklim tahun 2009 di Kopenhagen, Denmark (COP 15).

Kepala Sekretariat JCM Indonesia Dicky Edwin Hindarto mengatakan, proyek pengurangan emisi karbon salah satunya sudah diterapkan di industri ritel. Industri ritel pertama yang menggunakan fasilitas JCM adalah PT Midi Utama Indonesia Tbk atau Alfamidi. Alfamidi menerapkan teknologi ramah lingkungan pada 12 gerainya di Jabodetabek.

Alfamidi, kata dia, mengganti perangkat pendingin makanan dan minuman, pendingin ruangan, serta penerangan dengan teknologi hemat energi asal Jepang. Berdasarkan perhitungan, pengurangan emisi karbon oleh Alfamidi mencapai 112 ton CO2 per tahun. "Proyek ini juga dimanfaatkan beberapa sektor industri lainnya seperti industri otomotif, tekstil, kelistrikan, dan semen," kata Dicky.

Selain Alfamidi, perusahaan BUMN yakni PT Semen Indonesia (Persero) Tbk juga memanfaatkan fasilitas JCM. Semen Indonesia mengaplikasikan teknologi ramah lingkungan untuk pembuangan asap industri di pabrik Tuban. Asap itu nantinya akan dimanfaatkan menjadi energi listrik. "Penurunan emisi di pabrik semen Tuban sekitar 122 ribu CO2 per tahun. Sekarang masih proses pengerjaan," ujarnya.

Dicky mengungkapkan, Jepang telah mengucurkan dana hibah sebesar 37 dolar AS untuk 28 proyek. Sedangkan pemerintah Indonesia sama sekali tidak mengeluarkan dana. Sebagai imbalannya, pemerintah Indonesia akan memberikan sebagian penghitungan persentase penurunan emisi atau kredit karbon kepada Jepang.

Manajer Teknis PT Midi Utama Indonesia Tbk Frankie Pudjiharto mengatakan, penggunaan teknologi ramah lingkungan sangat menghemat pengeluaran operasional gerai. Dia mengatakan, penggunaan mesin pendingin, pendingin ruangan, dan penerangan menyumbang 80 persen biaya operasional.

"Sebelumnya untuk penggunaan lampu saja bisa mencapai 150 watt. Sekarang, hanya 55 watt kebutuhan penerangan gerai," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement