REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN melakukan uji coba Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Independent Power Producer (IPP) Lombok Timur berkapasitas 2x25 megawatt (MW) milik swasta yang berlokasi di Sambelia, Lombok Timur.
"Besok kami jadwalkan untuk melakukan uji coba, sekitar pukul 09.00 WITA, dampaknya mungkin akan terjadi pemadaman situasional pada pelanggan," ujar Manajer PLN Area Mataram, Chaidar Syaifullah, di Mataram, NTB, Selasa (31/1).
PLN, kata dia, akan melakukan load rejection atau pengujian beban hingga 75 persen dari kapasitas mesin pembangkit. Dia melanjutkan, uji coba ini akan berdampak pada keandalan sistem kelistrikan yang mengakibatkan terjadinya pemadaman pada pelanggan secara situasional.
Chaidar menambahkan, uji coba ini merupakan rangkaian proses mengukur keandalan dan fungsi dari pembangkit tersebut secara bertahap, mulai dari 25 persen hingga 100 persen. Hal ini dilakukan untuk melihat kondisi mesin dari sisi operasional, apakah sudah berjalan dengan baik dan siap dioperaskan.
Ia menyebutkan, saat uji coba akan terjadi penambahan daya atau pengurangan daya secara signifikan. Pada titik tertentu akan menyebabkan sistem kelistrikan terganggu yang berdampak padam, meski hanya bersifat sementara dan situasional. "Kami mohon maaf kepada pelanggan atas ketidaknyamanan yang terjadi. Mohon doanya juga agar proses uji coba ini dapat berjalan dengan baik," ucap dia.
Ia mengungkapkan, Commercial Operation Date (COD) PLTU Lombok Timur rencananya akan dilakukan pada Maret mendatang. Saat ini, daya mampu di Pulau Lombok mencapai 245 MW, dengan beban puncak sekitar 225 MW.
PLN meyakini pengoperasian PLTU Lombok Timur membuat listrik di Pulau Lombok semakin andal dan akan meningkatkan daya mampu kelistrikan Lombok sebesar 50 MW. Kendati begitu, penambahan pembangkit, ia katakan, perlu terus dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTB.
General Manager PLN Wilayah NTB, Karyawan Aji mengatakan, pertumbuhan kebutuhan daya dilihat dari beban puncak kelistrikan NTB terus mengalami peningkatan dengan rata-rata 12 persen hingga 13 persen dalam 6 tahun terakhir. Dari total tiga sistem kelistrikan yang ada di NTB, beban puncak pada 2010 hanya sebesar 162 MW, terus meningkat mencapai 309 MW pada 2016.
"Pertumbuhan kebutuhan listrik di NTB cukup tinggi. Penambahan pembangkit ini jelas sebuah kebutuhan. Jika pembangkit tidak ditambah, beberapa tahun mendatang NTB akan mengalami defisit listrik kembali," katanya.