REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah Indonesia meyakini Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tak akan menutup rapat pintu impor negaranya. Deputi Koordinasi Bidang Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Affandi Lukman menjelaskan bahwa sangat berat bagi AS untuk langsung menutup diri dari impor.
Paling mungkin, menurut Rizal, penutupan keran impor dilakukan secara bertahap. Itu pun diyakini hanya dilakukan untuk komoditas tertentu terutama di sektor industri otomotif.
"Tidak mungkin AS menutup seluruh pintu impornya. Mungkin hanya bertahap. Ketergantungan (AS) tidak bisa hanya 1-2 bulan disetop," ujar Rizal di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, akhir pekan ini.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, ekspor nonmigas Indonesia ke AS menduduki peringkat kedua setelah Cina. Selama Desember 2016, ekspor nonmigas Indonesia ke AS tercatat sebesar 1,46 miliar dolar AS atau di bawah ekpsor Indonesia ke Cina senilai 1,86 miliar dolar AS.
Namun, Rizal menegaskan bahwa pemerintah Indonesia masih memantau kebijakan ekonomi Trump dalam beberapa bulan ke depan. Terutama, setelah Trump menarik AS keluar dari perjanjian perdagangan Trans-Pasifik atau Trans-Pacific Partnership (TPP).
Rizal sendiri memandang bahwa pertumbuhan ekonomi negara-negara maju saat ini mentok di angka 1 hingga 2 persen per tahunnya. Sementara Indonesia masih bisa menembus 5 persen dalam 10 tahun belakangan. Artinya, Indonesia masih memiliki nilai tawar untuk menjalin kerja sama perdagangan dengan negara lain.
"Tapi masih ada cukup waktu untuk melihat kebijakan Trump ke depan. Kita masih akan lihat posisi AS di bawah Trump," ujar Rizal.
Rizal menjelaskan, Indonesia secara adil mengincar sejumlah hal dalam beberapa kerja sama yang dijalin sekaligus dengan negara lain. Hal ini lantaran antara satu dengan kerja sama lainnya terkadang memiliki tujuan yang sama. Indonesia, menurut Rizal, selalu melakukan interkoneksi antar forum internasional.
"Misalnya inklusif di G20 Turki lalu ada juga di APEC Filipina," ujar Rizal.